Mohon tunggu...
ENNY Soepardjono
ENNY Soepardjono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang senior citizen yang mencintai hidup dan mencoba bersyukur atas kehidupan itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pensiun dengan Penuh Syukur

30 Juli 2015   09:13 Diperbarui: 11 Agustus 2015   23:12 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kata pensiun seringkali  jadi momok bagi sebagian orang, namun banyak juga yang malah mengharapkan dengan senang hati untuk segera bisa pensiun.

Untuk golongan yang pertama, ketakutan mungkin menjadi alasan utama : takut tidak akan memperoleh gaji sebesar semasa masih aktif bekerja, takut tidak ada kegiatan, takut sakit sesudah pensiun, serta alasan-alasan pribadi yang lain.

Untuk golongan yang kedua, kebebasan menjadi alasan utama : bebas dari bangun pagi, bebas dari kemacetan (kalau bekerja di kota besar yang sering macet), bebas untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan saat masih aktif bekerja, dll.

Untuk saya, pensiun terakhir ini saya sambut dengan sukacita. Saya mengajukan pengunduran diri  beberapa bulan yang lalu sesudah beberapa tahun bekerja di Manila. Ada alasan pribadi dengan pengunduran diri ini yang tentunya sudah saya pikirkan masak-masak.

Mengapa saya sebut hal ini sebagai pensiun terakhir ? Karena saya sudah beberapa kali pensiun.  Sebelum berusia 50 thn, saya mengajukan pensiun dini dari grup perusahaan besar di Indonesia, dengan alasan jenuh. Kemudian, setelah beberapa tahun menikmati pensiun, saya bergabung lagi dengan suatu perusahaan sampai saat pensiun tiba, yaitu usia 55 thn. Namun,  baru beberapa bulan menikmati pensiun, saya diminta bergabung dengan suatu perusahaan yang berkantor di Manila. Dari semua itu, pensiun terakhir ini yang paling saya syukuri.

Tentunya saya memiliki beberapa alasan seperti yang ingin saya sharingkan berikut ini :

--Saat pensiun sebelum usia 50 thn, beberapa bulan pertama, saya mengalami euphoria karena terlepas dari bebas tugas pekerjaan, dan saya bisa mengatur waktu semaunya tanpa terikat dengan suatu waktu tertentu. Namun ternyata, euphoria ini tidak berlangsung lama, karena kejenuhan tanpa  kegiatan dan utamanya tanpa pendapatan menjadi masalah saya, sampai akhirnya saya bersedia bekerja kembali.

--Saat pensiun usia 55 thn, saya merasa lebih siap walau pun kejenuhan tanpa kegiatan menjadi masalah saya. Kemudian saya mencoba mencari-cari kegiatan, seperti aktif dalam kegiatan social. Namun saat saya sedang menikmati kehidupan tersebut, saya diajak bergabung dan bekerja di Manila.

--Saat pensiun sekarang, saya merasa paling siap, karena merasa terbebas dari beban berat di perusahaan tersebut, dan sangat senang bisa kembali ke Indonesia.

Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, bagi yang masih aktif atau pun yang akan memasuki  pensiun, hendaknya bisa mempertimbangkan hal-hal berikut ini :

--Pensiun dengan alasan jenuh bekerja, bisa menimbulkan kejenuhan baru saat Anda tidak bekerja. Sebaiknya hal ini dihindari, kecuali kalau Anda sudah memiliki pekerjaan atau aktivitas baru yang akan dijalani secara pasti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun