Mohon tunggu...
Enjang Kusnadi
Enjang Kusnadi Mohon Tunggu... Dosen - Belajar dan Mengajar

Teman Sejati Selalu Menemani

Selanjutnya

Tutup

Money

Saat Usaha Rumahan Jadi Andalan Ekonomi Indonesia

9 Agustus 2021   00:40 Diperbarui: 9 Agustus 2021   00:40 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, pelaku usaha rumahan (Sumber foto: KemenkopUKM)

Usaha rumahan sudah ada sejak dulu kala, malah jauh sebelum mal-mal ada di kota-kota. Usaha rumahan baik di desa maupun di kota sudah berjalan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Orang saat itu mengenal usaha rumahan seperti jual gado-gado di teras rumah, jasa servis sepeda di depan rumah, buka kios rokok di garasi rumah, dan banyak jenis usaha lainnya yang menjamur sejalan pertumbuhan kebutuhan ekonomi keluarga dan lingkungan tempat tingal.

Istilah usaha rumahan menjadi populer saat masyarakat mengenal teknologi digital, walau awalnya baru terbatas kalangan tertentu yang tergabung dengan aplikasi e-commerce. Kemudian berkembang sejalan dengan pertumbuhan teknologi telepon dengan HP Pintar (Smartphone) yang mengadopsi aplikasi media sosial.

Teknologi digital membantu usaha rumahan mulai dari menawarkan produk, transaksi, hingga pembayaran. Menjalankan usaha rumahan menjadi lebih mudah dan menjangkau pasar yang lebih luas.

Saat pandemi Covid-19 melanda dunia dan Indonesia pada awal tahun 2020, di mana pergerakan masyarakat dibatasi dengan aturan kontak sosial dan kontak langsung (Social distancing dan Physical distancing), menggiring pola usaha rumahan menjadi pilihan tepat bagi ekonomi keluarga.

Tidak sedikit para pelaku usaha rumahan yang semula sekedar hobi dan sekedar memenuhi kebutuhan keluarga, saat masuk masa pandemi seakan mendapat 'Angin segara' atau 'Durian runtuh', menjelma menjadi pelaku usaha grosir atau waralaba.

Berbagai produk usaha yang dikerjakan di rumah dari mulai makanan cepat saji, menjual produk pabrikan (Reseller), les private secara daring, hingga memproduksi konten video kreatif, tumbuh subur bak 'Jamur di musim hujan'.

Sementara para pelaku usaha yang tidak mengikuti/'Update' terhadap teknologi digital, banyak yang tutup alias bangkrut. Diperburuk dengan di rumahkannya jutaan pegawai sektor industri yang perusahaannya terpaksa harus mengurangi operasional karena roda ekonomi global juga terganggu.

Sektor usaha rumahan yang eksis berkat memanfaatkan inovasi produk dan bantuan teknologi digital pun menjadi pilihan penting saat pemerintah harus membantu masyarakat yang terdampak Pandemi Covid-19.

 Berbagai program bantuan diluncurkan oleh pemerintah, mulai program subsidi upah bagi pegawai bergaji pas-pasan (di bawah Rp5 juta per bulan) baik pegawai swasta, honorer instansi pemerintah, guru dan dosen swasta.

Bagi yang kena PHK dan belum bekerja, pemerintah menyiapkan program bantuan Kartu Prakerja, yang memberi bantuan berupa pelatihan dan uang tunai selama program pelatihan berjalan hingga beberapa bulan setelah pelatihan.

Para pelaku usaha menengah ke atas dari berbagai sektor, dibantu oleh pemerintah dengan bantuan berupa subsidi-subsidi. Dari mulai subsidi listrik, pajak, hingga bunga bank pinjaman.

Sementara bagi para pelaku usaha kecil seperti usaha rumahan yang terdampak, pemerintah menyediakan berbagai bantuan kemudahan agar yang bangkrut bisa bangkit, yang bertahan bisa berkembang, dan yang maju jadi semakin besar.

Bantuan yang paling populer dan mendapat respon kuat dari masyarakat pelaku usaha rumahan adalah program Bantuan Presiden untuk Usaha Mikro yang dikenal dengan BPUM. Program bantuan yang dikomando oleh Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) itu menjadi identik dengan bantuan usaha rumahan.

Program bantuan pemerintah tersebut mengkategorikan usaha rumahan ke dalam usaha kecil dan mikro (UKM), dicairkan pemerintah sekitar bulan September 2020 hingga akhir tahun 2020.

Bantuan berupa uang tunai sebesar Rp2,4 juta per orang tersebut menyasar hingga puluhan juta pelaku usaha mikro se Indonesia. Bantuan disalurkan melalui bank milik pemerintah terutama BRI, hingga unit-unit layanan BRI se Indonesia menjadi sibuk dan sesak.

Beberapa fakta pun mencuat saat pencairan bantuan BPUM, dari mulai masyarakat yang gagap teknologi digital karena pendaftaran dan informasi pencairan melalui aplikasi digital. Dan masyarakat yang gagap perbankan, hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat penerima bantuan yang tidak memiliki rekening bank.

Ke depan, pemerintah berharap para pelaku usaha rumahan atau UKM bisa mendapat bantuan keuangan dari bank pemerintah melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan plafon pinjaman sampai miliaran rupiah. Malah pelaku UKM bisa tergabung dengan Startup UMKM yang difasilitasi pemerintah dengan pengusaha startup nasional.

Tidak hanya Kemenkop UKM yang fokus menggarap pelaku UMKM, tapi semua instansi terkait, diharapkan bahu membahu mendorong pelaku usaha rumahan Indonesia supaya terus berkembang.

Pemerintah berharap semua pihak turut membantu UMKM untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi, menguasai pasar dalam negeri, dan kompetitif di pasar global.

"Saya ingin menegaskan lagi, UMKM merupakan pilar penting kebangkitan ekonomi kita. Usahanya tersebar di seluruh pelosok tanah air, jenis usaha dan produknya sangat beragam, melibatkan banyak masyarakat sekitar, serta menciptakan lapangan kerja baru dan mampu menyerap banyak tenaga kerja", ungkap Presiden Jokowi dalam acara Gernas BBI pada Kamis (25/5/2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun