Mohon tunggu...
Eni Saeni Djudira (Enisa)
Eni Saeni Djudira (Enisa) Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Berbagi informasi sehat untuk Indonesia lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Apakah Plastik Ramah Lingkungan Itu Ramah?

31 Januari 2020   12:42 Diperbarui: 31 Januari 2020   12:45 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: tirto.id

Ketika kantong plastik sekali pakai atau keresek dilarang pemakaiannya dibeberapa daerah karena sering mencemari lingkungan, di pasaran muncul kantong ramah lingkungan yang terbuat dari plastik.

Ada yang menyebut kantong plastik tersebut mengandung zat additive oxo yang mempermudah proses terurainya plastik secara alami. Ada juga yang mengklaim kantong plastik tersebut compostable artinya bisa dibuat kompos, dan ada juga plastik biodegradable, yang diklaim dibuat dari bahan baku singkong sehingga mudah terurai dalam tanah.

Apa benar plastik-plastik tersebut ramah lingkungan? Pembina Asosiasi Daur Ulang Plastik, Willy Tandyo memberikan pencerahan kepada kita tentang jenis-jenis plastik tersebut.

Menurut dia, ada tiga jenis plastik yang diklaim ramah lingkungan beredar di masyarakat, yakni:

  • Kantong ramah lingkungan, ada yang  berbahan baku plastic dan diberi zat additive Oxo, lalu diklaim akan terurai kembali ke tanah. Perlu Anda ketahui, bahwa plastik jenis ini di negara-negara lain, seperti di Eropa dan Thailand sudah dilarang. Alasannya,Oxo ditengarai dapat memperluas penyebaran micro plastic kemana mana, tidak dapat terurai di air dan di dalam tanah.
  • Kantong plastik yang diklaim "Compostable", ternyata juga menyesatkan. Karena pengertiannya bukan plastic yang mudah terurai seperti sampah an organic ketika dikomposkan. Untuk plastic yang diklaim compostable, sebelum dikomposkan dibutuhkan penyortiran, lalu diproses di  "Industrial Composting Facility". Nah di Indonesia, industri ini belu ada.  Proses composting pada plastik jenis ini dibutuhkan waktu berbulan bulan, diproses dengan energy panas cukup tinggi, sekitar 60 derajat Celcius untuk bisa mengurai benda benda tersebut.
  • Biodegradable Plastic, plastik yang diklaim terbuat dari singkong dan sejenisnya. Berdasarkan literature, semua bahan nabati tersebut membutuhkan "pengikat", agar bisa ditiup dan memiliki properties yang memungkinkan dijadikan kantongan. Jika  tidak ada pengikatnya, maka kantong yang terbuat dari bahan nabati tersebut tidak akan mampu dipakai menggantikan plastik. Jadi  dalam plastik Biodegradable itu masih ada kandungan plastik didalamnya.

Sumber gambar: change.org oleh Tito Satrio
Sumber gambar: change.org oleh Tito Satrio
Jadi, plastik yang diklaim ramah lingkungan ternyata hanya isapan jempol. Namun iklan yang dibuat oleh produsen membuat masyarakat percaya sehingga mereka memutuskan beralih ke plastik yang diklaim ramah lingkungan.

Padahal, plastik awalnya dibuat untuk kebaikan manusia, menggantikan kertas sebagai alat pembungkus yang memakai bahan baku batang pohon. Sehingga penebangan pohon marak, dan berdampak pada perubahan iklim yang semakin panas.

Dengan temuan plastik yang bisa didaur ulang, diharapkan penebangan pohon di hutan-hutan tak lagi massif. Tapi, manusia keenakan, begitu ditemukan plastik yang praktis dan serba guna, cara pemakainnya sembrono. Bisanya hanya pakai, setelah itu buang. Padahal kalau dipilah, dikumpulkan dan dikirim ke industri daur ulang, plastik tersebut akan memberi banyak manfaat untuk kehidupan manusia.

Eni Saeni (Enisa)

Penulis

Aktivis Lingkungan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun