Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Teenlit: Cinlok di Ruang Diskusi (Tamat)

31 Januari 2021   11:31 Diperbarui: 31 Januari 2021   17:08 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Firda Amaliatus Sholihah, begitu orang tuanya memberi nama kepada anak semata wayangnya ini. Bapak dan ibunya berharap anak gadisnya ini akan bisa menebar manfaat, memberi kebaikan kepada orang lain. Firda, artinya membawa kedamaian. Amalia, perbuatan atau perilaku baik sedangkan shalihah adalah kebaikan.

Apa yang diharapkan orang tuanya memang sudah bisa dilihat dari kehidupan sehari-hari Firda yang selalu membawa kebaikan dan kedamaian bagi siapa saja yang ada di dekatnya. Gadis pendiam ini hampir tidak pernah membicarakan keburukan teman-temannya. Baginya semua teman itu baik. Kalau toh ada yang berbuat salah kepadanya, itu pasti karena ia tidak tahu bahwa apa yang dilakukanya itu tidak benar.

Firda kecil hanya dibesarkan oleh ibunya, karena bapaknya telah pergi untuk selama-lamanya ketika Firda masih kelas dua SD. Namun kenyataan pahit ini tidak membuatnya menjadi gadis yang tertekan dan rendah diri. Justru keadaan ini membuatnya tumbuh menjadi gadis yang penuh semangat mengejar cita-citanya sebagai guru atau dosen. Menurutnya dengan menjadi pengajar ia akan bisa memberikan ilmunya kepada anak didiknya sepanjang hidupnya. Bahkan amalnya akan terus mengalir meskipun ajal telah menjemput.

Makanya, meski ada teman lelaki yang berusaha mendekatinya, ia selalu berusaha mengatakan bahwa persahabatan itu jauh lebih indah daripada kekasih. Pernah suatu ketika ada kakak kelasnya yang menyatakan cintanya kepada Firda. Satu kalimat yang menjadi senjata untuk menolak teman prianya, yaitu hubungan pacar itu pasti aka nada cemburu, sakit hati dan dendam. Sementara sahabat akan selalu saling mengasihi dan memedulikan satu sama lain. Maka lebih baik jalin persahabatan saja.

Lalu, tentang perasaannya kepada Fikal? Ini memang berbeda dengan beberapa pria yang pernah menyatakan cintanya. Fikal memang sangat istimewa menguasai hatinya, namun ia harus bisa menjadikan rasa untuk Fikal ini sebagai kekuatan dalam persahabatan. Meskipun itu sangat sulit, karena jabatan dalam OSIS yang mengharuskan sering bertemu.

"Hai, gadis kutu buku," teriak Danisa mengagetkannya, "yuk ke ruang OSIS, teman-teman sudah menunggu tuh, untuk acara kegiatan sosialisasi tolak valentine day pada Februari mendatang."

"Oh iya ya, sampai lupa aku. Aku sudah buat kok rencana kegiatannya. Yuk kita ke sana." Ajak Firda bergegas menggandeng Danisa.

Di ruang OSIS, Fikal dan Dimas sudah mendiskusikan kegiatan apa yang bisa menyadarkan teman-temannya agar tidak merayakan hari kasih sayang itu dengan perilaku yang nantinya bisa menjerumuskan masa depannya.

"Cewek-cewek ini kalau ada acara pasti lelet ya, udah kayak emak-emak tuh. Masih melukis alis, pilih gaun, coba sandal, pasang anting," canda Dimas melihat Firda dan Danisa memasuki ruang OSIS.

"Hai, nggak ya, kita kan wanita karir, jadi masih harus menyiapkan bahan untuk presentasi lah, ya kan Fir," jawab Danisa asal saja.

Sementara Fikal dan Firda hanya tersenyum saja menganggapi ocehan dua sahabatnya yang terkenal cerewet ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun