Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ingin Sehat, Tidak Perlu Nunggu Sakit

4 April 2020   13:11 Diperbarui: 4 April 2020   14:52 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi, nasi merah, nasi jagung, sayur dan sambal pecel

Beberapa bulan yang lalu, saya mengalami gangguan pada siklus mentruasi. Setelah periksa ke dokter, ada dua pilihan yang ditawarkan, untuk mangatasi masalah ini saya harus minum obat setiap hari atau menurunkan berat badan. Hemm...

Ini jelas pilihan sulit bagi saya, minum obat setiap hari jelas berakibat kurang baik, karena bagaimana pun obat itu tetap berbahan kimia. Lalu diet? Ampunnn, sudah berkali-kali saya berusaha diet, namun belum pernah berhasil.

Akhirnya, atas pertimbangan suami saya memilih cara kedua yaitu, mengurangi berat badan. Langkah awal saya mulai berselancar di dunia maya untuk menemukan pola diet yang tepat dengan gaya perut saya. Bertanya dengan beberapa teman yang sudah sukses mengecilkan badannya.

Lalu saya putuskan diet saya ini dengan mengganti nasi putih dengan beras merah, singkong, nasi jagung, atau kentang, serta perbanyak sayuran, buah, dan olah raga rutin. Selain itu saya juga berhenti mengumsi gula putih, produk olahan, makanan yang digoreng dan makanan yang terbuat dari tepung.

Setelah beberapa hari saya menjalani diet diatas, ternyata  perut saya belum bisa menikmati karbohidrat yang saya sebutkan di atas. Akhirnya saya hanya mengosumsi sayur dan buah saja.

Efeknya memang cukup berhasil, dalam dua minggu bisa turun 5 kg. Ahh, cukup bahagia ternyata memiliki tubuh yang lebih kecil, pola ini saya teruskan sampai satu bulan, hingga saya berhasil menurunkan berat badan sampai 7 kg dalam satu bulan.

Namun pada bulan kedua, saya mengalami sakit panas, selama tiga hari. Setelah dicek dokter, semua normal, padahal biasanya kalau panas begini, sekali berobat ke dokter langsung turun panas saya, tapi panas ini sampai dua hari masih naik turun.

Selanjutnya saya berobat lagi, kali ini saya ceritakan tentang pengalaman diet saya. Dari keterangan dokter, disarankan bahwa perempuan itu harus tetap mengonsumsi karbohidrat karena itu akan berpengaruh pada hormon kewanitaannya.

Benar kata dokter, setelah saya makan nasi, ternyata panas saya turun. Tapi saya berpikir lagi, kalau saya kembali makan nasi putih pasti berat badan saya akan naik lagi, dan itu akan mempengaruhi kesehatan saya yang lain.

Lalu saya ingat, dulu almarhum ibu saya pernah sakit diabetes dan diharuskan makan nasi merah. Karena ibu juga tidak suka nasi merah, maka ibu mancampurnya dengan nasi jagung.

Saya bertanya kepada kakak, bagimana cara memasaknya. Tanpa pikir panjang, saya langsung memasaknya, yaitu dengan cara merendam dulu beras merah dan beras jagung dengan air panas selama satu jam. Karena bila tidak direndam nanti nasinya tidak bisa lunak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun