Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jadilah Warga Negara yang Baik, Manfaatkan Air Hujan, Selamatkan Masa Depan

5 September 2019   12:18 Diperbarui: 6 September 2019   13:13 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya selalu kebawa perasaan (baper), ketika membaca tulisan "Surat dari Tahun Tahun 2070" di sini Tulisan ini saya dapat pada tahun 2010, ketika mengikuti workshop sekolah adiwiyata yang disampaikan oleh Dinas Lingkungan Hidup Blitar (DLH). 

Saya sering membaca tulisan ini di depan siswa, di suatu acara desa maupun sekolah. Bahkan pernah saya buat untuk pertunjukan teater. Dan hasilnya, pendengar selalu baper dengan makna yang terkandung dalam untaian kalimat tersebut.

Apa yang digambarkan penulis tentang keadaan dunia, bahwa pada tahun 2070, manusia banyak yang menderita penyakit ginjal karena kurang minum; Mandi hanya dilumuri mineral oil; Para wanita tanpa rambut karena tidak ada air untuk keramas; Pabrik industri berhenti operasi; Hewan banyak yang mati; Banyak pencuri air; Banyak bayi lahir cacat; dan air banyak diburu karena lebih berharga dari emas. Gambaran ini sangat mungkin terjadi dikehidupan masa depan, apabila kita yang hidup di zaman ini tidak menghemat air.

Seperti diberitakan pada di medcom.id. (2/9/2019) Sebanyak 16 kecamatan di wilayah Sulawesi Utara (Sulut) siaga bencana kekeringan akibat tidak turunnya hujan selama 31 hari. Selanjutnya menurut Bisnis.com, (2/9/2019), Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun klimatologi klas II Tangerang Selatan melaporkan peringatan dini kekeringan meteorologi. Berdasarkan analisis yang dikutip dari siaran persnya, seluruh  zona musim di Banten dan DKI Jakarta telah memasuki musim kemarau dan diperlukan kewaspadaan dari masyarakat terkait bencana kekeringan. Bahkan berita hari ini (2/9/2019) madura.tribunnews.com mengabarkan bahwa puluhan desa dari belasan kecamatan di Kabupaten Bojonegoro terdampak kekeringan. Data yang dihimpun BPBD Bojonegoro menyebutkan ada 37 desa di 17 kecamatan yang terdampak kekeringan.

Ironis memang, kalau Tuhan yang Maha Pengasih ini telah memberikan anugerah dua musim indah di negeri kita yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Namun keduanya malah menimbulkan bencana dan banyak kerugian. Jika di musim kemarau,  bencana kekeringan melanda, sedangkan di musim hujan timbul bencana longsor dan banjir. Lagi-lagi disimpulkan hujanlah penyebabnya.

Sebenarnya kekeringan dan banjir tidak akan terjadi bila kita bisa memanfaatkan air hujan dengan tepat. Karena sejatinya air hujan itu bukan musibah, melainkan anugerah. Tuhan mencurahkan air hujan itu dengan segala manfaat yang terkadung, bukan kerugian. Hanya saja, umat manusia yang tidak peduli dan tidak mau mengolahnya menjadi sumber kehidupan.

Padahal, untuk mengatasi bencana banjir dan kemarau ini, pemerintah melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) sudah menetapkan beberapa solusi untuk mengantisipasi bencana kekeringan dan banjir maupun longsor dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air.

Beberpa solusi cara memanfaatkan air hujan tersebut antara lain,

  • Membuat sumur resapan untuk menampung air hujan;
  • Membuat lobang biopori:
  • Menyediakan bak-bak besar untuk penampungan air hujan;
  • Membuat kolam resapan;
  • Membuat taman hijau, yang fungsinya mengalirkan air hujan agar biar diserap tanah;
  • Membuat bioswales (berupa celukan seperti got, tanpa disemen dan ditumbuhi rumput) fungsinya untuk menyerap air ke dalam tanah;
  • Membuat Roof Garden, berupa penampungan air hujan dengan membuat taman di atap. Hal ini juga bisa dipakai untuk mengurangi debit air hujan yang sering membuat banjir di kota-kota besar;
  • Menanam pohon rindang, yang fungsinya menahan dan menghambat air hujan yang jatuh ke tanah;
  • Membuat grass block, yaitu area parkir atau taman yang diberi area rongga untuk tanaman;
  • Membuat infiltraction trench, yaitu meletakkan batu-batu kerikil di bibir taman/got/jalan. Fungsinya untuk menghambat air agar jangan langsung rebutan masuk got.
  • Perkerasan berpori, fungsinya untuk menyerap dan menghambat lajunya air hujan.
  • Membuat kolam detensi (menahan) di pinggir jalan atau taman.
  • Membuat sel drainase, berupa paket blok-blok atau sel penampungan air  yang ditanam di tanah atau ditempatkan di bawah jalan.

Sebagai warga negara yang taat, kita bisa memilih salah satu cara tersebut dalam memanfaatkan air hujan, untuk menyelamatkan lingkungan kita dari kekeringan dan banjir. Seperti yang dilakukan oleh warga Sleman Jogjakarta, Sri Wahyuningsih. Ketua Komunitas Banyu Bening ini telah menggunakan air hujan sebagai konsumsi sehari-hari bagi masyarakat di sekitarnya. 

Seperti dikutip TribunJogja.com. menurutnya alasan untuk memanfaatkan air hujan ini karena air tersebut mengandung mineral yang baik bagi tubuh, sehingga aman untuk dikosumsi apabila diolah secara tepat.

Sri Wahyuningsih telah menjadi pelopor lingkungan, lalu kita kapan? Mari, kita mulai dari diri sendiri untuk menjadi pelopor lingkungan berikutnya. Jadilah  warga negara yang taat, dengan mengelola dan memanfaatkan air hujan dengan benar, karena ini juga salah satu cara untuk menyelamatkan masa depan anak cucu kita dari kekeringan dan punahnya kelangsungan makhlup hidup di dunia ini.

Salam Bumi! Pasti Lestari!

Blitar, 5 September 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun