Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Anak Nasional, Saatnya Orangtua Refleksi Diri

23 Juli 2019   17:50 Diperbarui: 23 Juli 2019   17:54 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu ini saya dapat cerita menarik dari anak-anak  yang luar biasa. Ketika sebuah bimbingan yang dipercayakan kepada saya untuk membina anak-anak berbakat ini, saya sempatkan berdialog di luar pembinaan. Saya dapatkan dua jawaban yang membuat saya terhenyak dari keangkuhan dan kesombongan saya selama menjadi orang tua.

Pengalaman pertama dari gadis kecil yang saat ini duduk di kelas tiga madrasah ibdaiyah (MI). Pertanyaan  saya sebenarnya hanya basa basi saja, "Nduk cantik, kok pinter to, suka baca ya kalau di rumah?"

Saya yakin pembaca kompasiana pun percaya kalau ada  yang berprestasi itu pasti identik dengan membaca, belajar dan latihan. Namun kali ini saya di buat terbelalak oleh jawaban si bocah.

"Saya pinter karena sejak saya masih dalam kandungan, ibukku suka sekali mendoakan saya dan makan buah-buahan para Nabi," jawabnya polos.

Saya tertarik untuk bertanya lagi, "Pasti bangga ya dengan ibu? Apa yang buat kamu sayang?"

"Karena setiap hari ibuk selalu buatkan saya sarapan kesukaan saya, nasi goreng dan pecel," jelasnya.

Sungguh, apa yang dilakukan oleh ibu tadi tidaklah sulit juga tidak mahal harganya. Tidak juga harus berpendidikan yang tinggi. Hanya bermodalkan keyakinan bahwa mendidik anak dari kandungan adalah suatu kewajiban dan perintah dari Allah. Keadaan ini sudah bisa membawa anak sangat membanggakan orang tuanya. Bahkan ia merasa yang berprestasi itu sebenarnya ibunya, bukan dirinya. Luar biasa kekuatan kasih sayang.

Jelas tergambar bahwa emosional dan watak orang tua sehari-hari akan dapat dirasakan oleh anak. Orang tua yang selalu uring-uringan, marah-marah, membentak-bentak dengan suara keras pasti akan membentuk perilaku anak yang keras kepala, suka berkelahi dan sulit diatur

Sebaliknya kelembutan, ketulusan dan keihlasan orang tua dalam memberikan kebutuhan anak dapat membuat rasa nyaman bahagia bagi anak.  Keadaan ini akan menjadikan anak merasa di perhatikan, dibutuhkan, merasa menjadi bagian paling dirindukan dalam keluarga. Perasaan bahagia yang tercipta setiap hari pada anak akan bisa menjadikan motivasi yang luar biasa bagi anak untuk meraih mimpi-mimpinya.

Pengalaman kedua, dari anak laki-laki yang masih usia delapan tahun (kelas 2 MI), dalam pembinaanya memang anak ini beda sekali dengan siswa putri tadi. Saya nasehati dia, selama pembinaan stop hape, berhenti main game, biar bisa konsentrasi. Jawabnya sungguh menusuk hati.

"Lha ibuk kalau di rumah lihat sinetron terus nggak selesai-selesai, habis itu masih fesbukan sampai jam sepuluh malam,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun