Mohon tunggu...
enhaac
enhaac Mohon Tunggu... -

Seorang abdi negara. Suami dari owner Ando's Cake (https://www.instagram.com/andos_cake/). Tulisan bisa juga di baca di (https://enhaac.blogspot.co.id/), dan sebagian tulisan di kompasiana merupakan tulisan yang sebelumnya terbit di blog pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Goresan Pertama

2 September 2016   16:44 Diperbarui: 3 September 2016   03:34 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ujian cawu usai sudah. Itu berarti seminggu lagi adalah libur cawu. Para guru diberi kesempatan untuk mengoreksi jawaban tiap siswa dan memberi nilai pada raport para siswa. Praktis tidak ada jam pelajaran sama sekali, kecuali beberapa siswa yang diwajibkan untuk mengikuti kelas remidial. Sementara itu sambil menunggu pembagian raport di hari sabtu, diadakan classmeeting yang mempertemukan kelas satu sampai dengan kelas tiga. Beberapa cabang olahraga dipertandingkan. Namun yang ramai penonton tetaplah sepakbola untuk siswa dan basket untuk siswi. Damar yang sebelumnya tak pernah menonton pertandingan basket putri, selalu menonton setiap pertandingannya, di tahun terakhirnya disekolah. Bahkan tak tanggung-tanggung, ia juga mengerahkan semua anak buahnya yang bengal-bengal untuk ikut menonton. Tak pernah ada yang mencurigainya, karena posisinya sebagai ketua kelas yang juga mengirimkan tim basket putri pada classmeeting kali ini. Walaupun sebenarnya keinginan terpendamnya hanya karena ingin menyemangati Hanum yang ikut bertanding dari tim basket putri kelas 2.2.

Sementara itu Rian dan Danu dari kelas 3 IPA 1 masuk dalam tim sepakbola. Rian adalah teman akrab Damar ketika mereka masih kelas dua. Mereka selalu bersaing dalam memperoleh predikat juara kelas. Meski begitu mereka bukannya bermusuhan malah menjadi sahabat karib. Rian terobsesi dengan dunia militer. Ia selalu bangga ketika menceritakan kakeknya yang telah ikut berjuang membebaskan Republik ini dari penjajahan. Mereka terpisah karena ingin menggapai cita-cita yang berbeda. Meski begitu mereka telah berjanji untuk tetap saling menyemangati satu sama lain dan tidak saling melupakan di kehidupan nanti. Rian dan Danu sendiri baru sekali ini berada dalam satu kelas. Meski sama-sama aktif di kepramukaan sejak kelas satu, namun mereka tak pernah seakrab sekarang ini. Mereka sama-sama pemain sepakbola andalan di sekolah. Tak ada yang tak mengunggulkan kelas 3 IPA 1 menjuarai classmeeting kali ini.  

Tiga hari sudah classmeeting berjalan. Tim sepakbola dan basket kelas 3 IPS 3 tempat Damar terhenti di babak semifinal. Tim basket putri dihentikan oleh tim basket kelas 2.2. Semua sudah memprediksikan itu. Tim basket kelas 2.2 memang terdiri dari pemain-pemain andalan sekolah. Mereka akan berhadapan dengan tim basket kelas 3 IPS 1 yang merupakan favorit juara juga. Sedangkan tim sepakbola tempat Damar dikalahkan tim  kelas 3 IPA 1 di semifinal. Semua juga sudah memprediksikan itu. Damar dan Danu akan melawan tim debutan dari kelas 1.6 di final.  

 Selama classmeeting itu juga, Hanum dan Danu saling menyemangati satu sama lain. Namun mereka sepakat untuk tidak mau terlihat mencolok. Itu jika mereka tidak sedang sama-sama bertanding. Meskipun lapangan basket dan lapangan bola tempat mereka bertandang sama-sama berada di outdoor dan hanya terpisah oleh lorong penghubung kelas dan beberapa tanaman. Mereka juga sepakat bahwa siapa nanti yang timnya juara, maka dia harus mentraktir. Jika tim mereka sama-sama juara maka mereka akan gantian dalam mentraktir.

Hari keempatpun datang. Pertandingan final classmeeting sepakbola dan bola basket ternyata dilaksanakan di jam yang sama yaitu pukul sembilan pagi. Teriknya mentari di siang hari membuat pertandingan itu tidak bisa dilaksanakan bergantian sampai siang hari.            

Danu merasa sedikit kecewa. Ia tak melihat Hanum di pinggir lapangan untuk menyemangatinya. Semua karena Hanum harus bertanding juga dilapangan sebelah. Rian yang melihat Danu terlihat murung mencoba bertanya "Kenapa kamu Dan?". "Gapapa Rian. Cuma sedih aja. Tak ada bunga-bunga segar yang sedap dipandang di pertandingan sebesar ini. " Danu mencoba berkelakar sembari tersenyum tipis. "Bunga lebih suka ditempat teduh dibanding di lapangan terbuka seperti ini Dan." Rian menimpali. Danu belum menceritakan hubungan tertutupnya dengan Hanum.

Dan ternyata memang benar adanya. Lapangan basket terlihat lebih riuh penonton. Damar memilih tempat dipojokan sebelah kanan, tempat yang tak begitu dekat dengan lapangan. Ia keluarkan potongan kertas kecil dari saku celananya. Ia dekati kerumunan pendukung tim basket kelas 2.2. Ia pilih gadis yang paling pendiam. Ia minta tolong kepada sang gadis agar mau memberikan potongan kertas yang dilipat rapi kepada Hanum yang sedang bersiap-siap dengan timnya. Damar kembali ke tempat semula ia berdiri. Sementara itu sang gadis telah memberikan potongan kertas yang dilipat itu kepada Hanum. Hanum sedikit kaget menerimanya. Ia agak menjauh dari kerumunan timnya. Ia buka potongan kertas yang dilipat itu. Dibacanya dalam hati.

            Buat kamu yang akan bertanding sebentar lagi.

Tuhan memberi hadiah kepada setiap manusia. Beberapa pandai menulis. Beberapa mahir menyanyi. Dan ada juga yang pandai membuat puisi. Dan aku rasa kamu mempunyai banyak hadiah dari Tuhan. Selain bisa membuat hari-hari seseorang menjadi lebih indah kamu juga jago main basket. Semangat ya !!!

                                                                                                                        - DAP -

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun