Mohon tunggu...
endy sandya
endy sandya Mohon Tunggu... Foto/Videografer - saya kedepannya akan memanusiakan seorang manusia

saya masih single

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Konseling Online

8 Desember 2019   00:00 Diperbarui: 8 Desember 2019   00:06 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

LATAR BELAKANG

Pada zaman industry 4.0 ini masyarakat sangat dimanjakan dengan banyak sekali teknologi yaitu seperti handphone, internet, game, dan sebagainya. Perkembangan zaman yang begitu cepat dengan kecanggihan teknologi, membuat masyarakat di dunia ini membutuhkan teknologi yang serba cepat dan praktis. Internet sudah berkembang di kehidupan pelajar, mahasiswa maupun masyarakat. 

Mahasiswa maupun pelajar pada zaman industry 4.0 ini membutuhkan internet untuk membantunya dalam mengerjakan tugas atau hanya mencari informasi. Internet mempunyai banyak sekali kegunaannya seperti pusat informasi, hiburan sperti media social, games, dan Pendidikan yang sangat membutuhkan internet.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan pengguna internet terbanyak ada pada usia 15 hingga 19 tahun. Setelahnya, berada pada umur 20 hingga 24 tahun. Anak-anak umur 5 hingga 9 tahun juga menggunakan internet, bahkan  mencapai 25,2 persen dari keseluruhan sampel pada umur itu. Data ini di dapatkan dari 171,17 juta pengguna internet. Hal ini membuktikan bahwa remaja atau generasi saat ini banyak menggunakan internet. Penelitian lain dalam beberapa tahun ini menunjukkan bahwa 91% dari 16 hingga 24 tahun menggunakan internet untuk media social.

Pengguna internet lebih banyak digunakan oleh remaja, tidak hanya sebatas mencari informasi ataupun membuat tugas, tetapi sebagai bagian kehidupan sehari-harinya. Contohnya membuat story saat jalan-jalan atau ngopi ngumpul bareng temen atau melihat-lihat foto teman yang ada di media social. Pada saat ini internet sangat mudah untuk diakses dan dibuka melalui handphone, tablet, computer.

Pada masa ini remaja yang ada di Indonesia mengalami kemunduran dalam bidang akademik dan sosial. Young dan Rogers (1998) menyatakan dampak negative internet akan membuat sesorang menjadi malas untuk berkomunikasi dengan orang lain secara langsung sebaliknya seseorang merasa lebih senang untuk berkomunikasi dengan teman online yang mengakibatkan kurangnya rasa empati terhadap lingkungan sekitar. Banyak para remaja sehari-harinya hanya menghabiskan waktu untuk mencari teman online dan kehilangan waktu untuk melakukan sesuatu yang lebih penting karena lebih banyak membuang waktu hanya untuk menatap layar smartphonenya. Pelajar malahan lebih senang dengan kegiatannya di media social ketimbang belajar.

Kecanduan bermain game secara berlebihan dikenal dengan istilah Game Addiction (Grant, J.E. & Kim, S.W. (2003) Artinya seorang anak seakan-akan tidak ada hal yang ingin dikerjakan selain bermain game, dan seolah-olah game ini adalah hidupnya. Hal semacam ini sangat riskan bagi perkembangan si anak yang perjalanan hidupnya masih panjang. Nicholas Yee (2002) menyebutkan indikator dari individu yang mengalami kecanduan terhadap games, memiliki sebagian atau semua ciri-ciri cemas, frustrasi dan marah ketika tidak melakukan permainan, perasaan bersalah ketika bermain, terus bermain meskipun sudah tidak menikmati lagi, teman atau keluarga mulai berpendapat ada sesuatu yang tidak beres dengan individu karena game, masalah dalam kehidupan sosial, dan masalah dalam hal finansial atau hubungan dengan orang lain. Mengingat begitu besarnya dampak dari kecanduan ini perlu adanya usaha dari Guru BK dalam membantu siswa dalam mengentaskan masalahnya, upaya tersebut melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan client centered. Layanan ini adalah bimbingan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh konselor kepada siswa secara tatap muka langsung baik secara kelompok maupun individu untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapinya, sehingga individu tersebut dapat mencapai kesejahteraan hidupnya (Vivien Kadek, 2014). Dari usaha tersebut diperoleh hasil menurunnya presentase rata-rata kecanduan game online pada subjek penelitian dalam setiap siklusnya.

Menurut Perez (Willis, 2009:87) bahwa Konseling keluarga adalah suatu proses interaktif untuk membantu keluarga dalam mencapai keseimbangan dimana setia anggota keluarga merasakan kebahagiaan.

Secara umum tahapan konseling keluarga menurut Willis (2009:133-138) :

a. Pengembangan Raport

Tujuan menciptakan suasana rapport dalam hubungan Konseling adalah agar suasana Konseling itu merupakan suasana yang memberikan keberanian dan kepercayaan diri Konseli untuk menyampaikan isi hati, perasaan, kesulitan bahkan rahasia batinnya kepada Konselor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun