Sebelumnya, cukup lama saya menimbang-nimbang perlu tidaknya mengangkat kisah ini. Apalagi ini menyangkut keyakinan seseorang. Namun, sebagai bahan pembelajaran dan untuk mengambil hikmah atas kisah ini, maka saya beranikan diri menulis, tentunya dengan sangat hati-hati.
Kisah ini bermula dari seorang pria yang datang dengan keluhan selalu gagal dalam merintis bisnisnya. Padahal, sudah banyak sekali seminar, loka karya, workshop, hingga acara motivasi ia hadiri. Namun anehnya, selalu ada kegagalan di ujung usahanya.
“Semua sudah saya lakoni. Usaha apa aja sudah saya buka. Dari mulai berdagang, agen asuransi, MLM, bisnis travel, pertanian, pokoknya usaha apa aja sudah saya lakukan,” ucap pria ini.
Protokol terapi belum saya jalankan. Namun saat curhat, klien ini sudah berada di level kedalaman pikiran tertentu. Karena sejak awal sudah mengizinkan dan bersedia untuk dilakukan hipnoterapi, maka saya pun langsung memperdalam lagi level pikirannya hingga di kondisi profound somnambulism. Ini adalah kedalaman yang sangat tepat dan presisi untuk menjalankan terapi.
Dari proses hipnoanalisis diketahui, klien menjalankan bisnis ternyata tidak murni untuk mencapai target tertentu. Dari semua bisnis yang dijalankan, benar-benar tidak ada target spesifik yang ingin dicapai. Setelah terus ditelusuri, ternyata keinginannya berbisnis hanya karena merasa dendam karena di masa lalu selalu dilecehkan dan selalu dianggap tidak mampu berbisnis. Rasa ingin menunjukkan bahwa dia mampu, itulah yang dominan.
Lantas kenapa selalu gagal? Nah, saat berada pada pertanyaan ini, tiba-tiba ada bagian diri klien yang aktif dan langsung mengambil alih komunikasi. “Biar saja dia gagal. Supaya dia kembali ke keyakinannya yang lama!” Suara ini terdengar sangat tegas.
Ternyata, di dalam diri klien yang sudah muallaf ini, masih ada bagian dirinya yang tidak setuju dengan kepindahan keyakinannya itu. Dari hasil hipnoanalisis pula diketahui, ini adalah bagian diri klien yang masih kecil, yang masih memeluk keyakinan yang lama. Bagian diri inilah yang merasa sedih dan terluka karena sempat disiksa orang tuanya setelah klien diketahui pindah keyakinan.
Dengan teknik tertentu, bagian diri yang tidak rela klien pindah keyakinan, saya berikan edukasi dan diberikan luapan kasih sayang. Sekaligus meyakinkan bahwa perpindahan keyakinan itu sudah melalui proses yang panjang dan selama ini klien memang nyaman.
Perlahan-lahan, bagian diri klien ini akhirnya setuju dan mendukung perpindahan keyakinan yang sudah dilakukan. Termasuk siap dan berjanji mendukung bisnis atau usaha yang dilakukan klien. Namun dengan syarat khusus, yakni klien harus menetapkan target yang jelas. Bukan lagi karena dendam atau biar mendapat pengakuan dari orang lain.
“Biarlah penilaian dari Allah, tidak penting penilaian dari sesama manusia,” ujar bagian diri ini.
Proses terapi klir. Klien mengaku merasa lega dan nyaman. Ya pun merasa sudah bisa mengurai masalah bisnisnya dengan mudah dan lancer.