Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ini Dampak Membahayakan dari Stiker Keluarga Miskin

28 April 2020   18:51 Diperbarui: 29 April 2020   11:02 1904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah pandemi virus Corona saat ini, beberapa pemerintah daerah harus memutar otak. Mereka berpikir bagaimana caranya agar bantuan untuk warga bisa tepat sasaran. Sebab faktanya, tak sedikit yang nyata-nyata mampu malah mendapat bantuan baik dalam bentuk barang maupun uang tunai.

Yang lebih parah lagi, diposting pula bantuan itu dan mengatakan barang atau uang bantuan itu sebagai rezeki anak saleh. Padahal postingan di medsosnya menunjukkan dirinya mampu. Memiliki smartphone dengan paket data yang selalu ada pun sejatinya sudah tergolong mampu.

Mengantisipasi hal tersebut, beberapa daerah kemudian memasang stiker kepada penerima bantuan. Stiker keluarga miskin itu dipasang di rumah, agar mereka yang mampu merasa malu dan dengan sendirinya menolak bantuan yang diberikan pemerintah.

Sepintas, cara ini memang sangat efektif. Setidaknya memberikan efek jera bagi yang selama ini bermental miskin atau tiba-tiba mendadak merasa miskin setiap ada bantuan dari pemerintah.

Namun, izinkan tulisan ini mengulas stiker keluarga miskin itu dari sisi penerima yang benar-benar miskin. Menempelkan kalimat 'keluarga miskin' pada stiker itu, dikhawatirkan justru akan menjadi program di pikiran bawah sadar seluruh anggota keluarga tersebut.

Sebagai informasi, untuk bisa menembus pikiran bawah sadar, ada lima cara. Pertama, figur otoritas; kedua, repetisi ide; ketiga, emosi intens; keempat, identifikasi kelompok; kelima relaksasi pikiran.

Menempelkan stiker keluarga miskin kepada keluarga yang benar-benar miskin, jelas memenuhi syarat untuk memasukkan program 'miskin' ke pikiran bawah sadar.

Pertama, figur otoritas. Yang menempelkan stiker pasti aparat pemerintah, setidaknya ketua RT, RW, atau kepala desa atau lurah, termasuk staf. Bagi warga, para aparat pemerintah ini jelas sebagai figur otoritas. Maka ketika mereka menempelkan stiker miskin, maka sejak itulah program 'miskin' masuk di pikiran bawah sadar.

Syarat kedua, repetisi ide. Karena stiker tertempel dengan jelas, maka semua orang bisa membaca. Setiap ada yang membaca, maka program 'miskin' itu akan masuk dan semakin mengakar di pikiran bawah sadar.

Penempelan stiker itu juga memenuhi syarat ketiga yakni emosi intens. Bagi mereka yang benar-benar belum mampu, emosinya tentu intens yakni merasa sangat sedih dan selalu prihatin.

Begitu rumahnya ditempel stiker keluarga miskin, maka secara otomatis akan menguatkan program 'miskin' di pikiran bawah sadar keluarga tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun