Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Bermain Kotor? Silakan Baca Ini

9 April 2019   14:39 Diperbarui: 9 April 2019   15:12 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampingi anak. Berikan kebebasan dirinya melakukan eksplorasi. Foto: Fika Yuliana

Mendidik anak memang gampang-gampang mudah. Apalagi sebagian besar orang tua memang tidak pernah mengikuti sekolah khusus unruk mendidik anak. Semua didapatkan berdasarkan pengalaman, dari lingkungan, juga dari pola asuh yang sudah terjadi turun-temurun.

Itu sebabnya seminar atau workshop tentang pengasuhan anak selalu ramai dan diminati para orang tua. Melalui media seperti itulah, para orang tua bisa belajar dan mendapatkan tambahan ilmu dan pengetahuan dalam mendidik buah hatinya.

Berdasarkan pengalaman di ruang praktik hipnoterapi yang saya lakukan sejak 2015, terbukti bahwa pola asuh di masa lalu sangat memiliki andil besar dalam tumbuh kembang setiap individu. Anda yang dewasa saat ini, adalah hasil dari pola asuh yang diterima di masa lalu. Bagaimana masa depan anak-anak di masa mendatang, jelas ditentukan oleh pola asuh saat ini.

Kedua orang tua, dalam hal ini ayah dan ibu, harus satu visi misi. Keduanya harus punya kesatuan dan kesamaan pandangan dalam mengasuh buah hatinya. Menjadi sebuah kekeliruan jika antara ayah dan ibu ternyata memiliki pemahaman yang berbeda.

Beberapa waktu lalu misalnya, ada seorang sahabat yang mengeluhkan istrinya suka marah atau ngomel pada anaknya. Sahabat saya ini kemudian memilih melindungi anaknya, dan mengatakan, tak usah mendengar omelan ibunya. Sepintas, tujuan sang ayah ini terlihat baik. Namun, ini secara tidak langsung anak sudah diberikan contoh yang kurang pas dalam pola asuh. Ini karena tidak adanya kesepahaman.

Lalu bagaimana solusinya? Saat anak kena marah ibunya dan meminta perlindungan ayahnya, yang harus dilakukan pertama kali oleh sang ayah adalah klarifikasi terlebih dahulu. Tanyakan pada anak, kenapa dia sampai dimarahi ibundanya? Ketika anak memberikan penjelasan, dan ternyata apa yang dilakukan si anak memang kurang pas. Maka si ayah harus memberikan penegasan terlebih dahulu, bahwa apa yang sudah dilakukan sebelumnya memang kurang baik. Sedikit beri nasehat, dan setelah itu berilah perlindungan.

Dengan cara tersebut, anak tetap mendapat pemahaman bahwa apa yang dilakukan memang tidak semestinya atau kurang pas. Sementara yang ayah memberikan perlindungan karena itulah momen untuk memberikan kasih sayang utuh pada buah hatinya. Hal yang sama juga harus dilakukan jika ayah yang marah, dan anak meminta perlindungan pada ibunya.    

Namun, terlepas dari contoh di atas, ada baiknya mengurangi atau bahkan meminimalkan kemarahan pada anak. Tegas dan disegani tak harus dengan cara marah. Memberikan contoh dan bukti keteladanan adalah hal yang paling utama. Dengan begitu, anak akan belajar menghargai orang lain.

Sebagai contoh, ada orang tua yang marah atau ngomel ketika mendapati anaknya mencoret-coret dinding rumah. Anak akibatnya menjadi trauma. Sejak kena marah, anak tak berani lagi mengekspresikan potensinya. Parahnya lagi, anak ini tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri dan minder. Prestasi akademiknya juga jauh tertinggal dibanding rata-rata rekan seusianya.

Lantas, maukah ayah dan bunda memiliki anak seperti itu? Sahabat semua yang luar biasa, anak adalah rezeki yang tak ternilai harganya. Terbukti, begitu banyak orang yang berusaha luar biasa demi mendapat buah hati. Sisanya lagi harus program bayi tabung ratusan juta rupiah. Belum lagi berusaha mengatasinya dengan berbagai alternatif. Pendek kata, Anda yang memiliki anak tentu sangat berharga, dan tidak akan bisa digantikan dengan apa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun