Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Antara Bagasi Berbayar, UKM, dan Silaturahmi

29 Januari 2019   09:47 Diperbarui: 30 Januari 2019   09:37 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Betapa sebuah jumlah yang sangat tidak sedikit untuk pertumbuhan ekonomi di sektor ini. Padahal, hitungan tadi hanya hitungan kasar, bahkan dengan asumsi paling rendah.

Sementara saat ini, orang bepergian membawa barang secukupnya, ya karena menghindari terkena tarif tambahan bagasi tadi. Maka sudah semestinya, pemerintah harus mengkaji ulang izin bagasi berbayar yang sudah diberlakukan.

Kalau saja maskapai milik pemerintah sudah prorakyat, oke-oke saja. Sementara saat ini, tak sedikit rute yang mau tidak mau hanya dilayani oleh maskapai Lion Air Grup.

Harus ada pertimbangan pada sektor lain bahwa keberadaan bagasi itu tidak sekadar membatasi barang bawaan, tapi lihatlah ada perputaran ekonomi yang begitu tinggi dari sektor ini.

Yang lebih parah lagi, hubungan kekerabatan atau silaturahim ikut terancam. Loh kok bisa? Ya iyalah. Jika selama ini ada kerabat datang membawa oleh-oleh, kini tidak lagi. Bagaimana kalau kerabat ini kemudian baper, dan berpikiran yang kurang positif, dianggap pilih kasih dan sebagainya. Hanya gara-gara bagasi berbayar lho ini. He he he..

Coba bandingkan dengan sebelumnya. Oleh-oleh yang dibawa penumpang pesawat justru menjadi pemersatu dan membuat suasana kekeluargaan semakin hangat. Bisa berkumpul keluarga dengan menikmati bika Ambon, bakpia Jogja, hingga pempek Palembang, atau amplang dari Samarinda.

Belum lagi oleh-oleh berupa kaos, hiasan dinding, tempelan kulkas atau gantungan kunci. Selama ini itulah yang menjadi alat pemersatu kekerabatan dan kekeluargaan. Memang benar hadiah bukanlah segalanya. Tapi oleh-oleh itulah salah satu bentuk bahasa cinta.

Bagaimana menurut Anda?       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun