Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa Harapan Anda di 2019 Ini?

18 Januari 2019   23:16 Diperbarui: 18 Januari 2019   23:24 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu, kalau semua yang dilakukan merupakan hasil dari 'perjalanan' pikiran, lantas kenapa tidak digunakan untuk merancang masa depan? Inilah yang jarang dilakukan. Sebagian orang terjebak dengan kalimat, "jalani saja apa adanya." Akibatnya, pikiran tidak dirangsang untuk membuat perjalanan masa depan yang nyaman dan menyenangkan. 

Pikiran tidak dibiasakan membuat peta masa depan sebagai panduan untuk menjalani hidup. Bukankah tidak sedikit impian yang sudah dirancang pada masa lalu, terbukti sudah terwujud di masa sekarang?

Berani bermimpi. Itulah yang kerap diucapkan para motivator dan inspirator di berbagai seminar dan buku. Begitu pula yang disampaikan para vibrator dengan kalimat-kalimatnya yang mengandung vibrasi positif. Termasuk sang provokator di tengah unjuk rasa.

Kalau mimpi saja tidak berani, maka sama saja tidak memperbolehkan pikiran pergi ke masa depan. Karena pikiran tidak dirangsang 'move on', maka jangan heran jika di dalam kehidupan, hasilnya juga akan begitu-begitu saja.

"Saya sudah merancang masa depan. Saya juga sudah punya daftar impian. Tapi kenapa tidak berhasil juga?" Di sinilah pentingnya sinkronisasi. Perbedaan sistem digital dan analog antara otak dan tubuh, memerlukan sinkronisasi yang pas. Saat memutuskan pergi ke sebuah rumah makan, kenapa bisa terwujud dengan mudah? Karena otak dan tubuh sudah sinkron, terasa nyaman dan tidak ada hambatan.

Untuk merancang masa depan, sinkronisasi pun bisa dilakukan dengan melakukan pengecekan perasaan. Misalnya ingin membeli mobil baru sekelas Toyota Alphard seharga Rp 1,6 miliar. Coba cek perasaan. 

Pejamkan mata, letakkan telapak tangan kanan ke dada sebelah kiri. Rasakan respons tubuh dan semua perasaan. Kalau terasa nyaman, ya sudah, tarik impian untuk memiliki mobil ini. Yakinlah, suatu ketika impian ini akan terwujud.

Tapi jika kemudian ada perasaan yang mengganjal atau tidak nyaman, ya ganti jenis mobilnya. Terus turunkan dan cari mobil yang lebih tepat harganya, sampai benar-benar terasa nyaman. Kalau perasaan sudah benar-benar nyaman, berarti sinkronisasi sudah jalan, dan tinggal menunggu waktu hal itu bisa terealisasi.

"Ini rasanya sudah nyaman. Mobilnya saya ganti dengan yang harga Rp 300-an juta." Ya, sudah. Itu artinya tubuh dan perasaan merasa lebih nyaman membeli mobil seharga itu. Kalau ini sudah terwujud, tinggal membuat impian baru lagi. Yang penting, sinkronisasi tetap harus dilakukan setiap kali ingin mencapai suatu impian.

Terus bagaimana jika tetap ingin memiliki mobil mewah tadi, tapi perasaan tetap tidak nyaman? Bereskan dulu rasa tidak nyamannya. Itulah yang disebut mental block, alias penjara mental. Perasaan tidak nyaman inilah yang umumnya menghambat seseorang mencapai sesuatu. 

Mental block ini bisa berasal dari emosi negatif, konflik masa lalu yang belum terselesaikan, trauma, dan berbagai masalah lain yang berhubungan dengan pikiran. Kalau perasaan tidak nyaman ini sudah dibereskan, maka jemputlah impian itu dengan mudah dan nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun