Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ingin Anak Betah di Pondok Pesantren? Simak Tips Ini

9 Oktober 2018   22:40 Diperbarui: 9 Oktober 2018   22:46 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap kali jumpa kawan dan sahabat, salah satu pertanyaan yang kerap dilontarkan adalah, bagaimana agar orang tua ikhlas dan ringan melepas anaknya melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren.

Beratnya melepas anak bersekolah di pondok pesantren adalah persoalan yang sering terjadi. Ada anak yang sangat ingin, bahkan semangat bersekolah di pondok pesantren. Tapi sebaliknya, orang tuanya malah merasa sangat berat bahkan tidak rela jauh dengan buah hatinya.

Ini pernah dialami kerabat saya sendiri. Anaknya sangat betah bahkan sangat semangat selama di pesantren. Namun orang tuanya yang justru menangis setiap saat. Meski sudah anaknya melarang untuk menjenguk, tetap saja si orang tua ini datang dan datang lagi. Puncaknya, si anak akhirnya benar-benar dikeluarkan dari pondok pesantren tersebut.

Sebaliknya, ada juga yang orang tuanya sangat semangat, tapi anaknya enggan ke pondok pesantren. Ada banyak alasan yang melatari. Namun yang pasti, hal tersebut akhirnya menjadi kendala bagi orang tua yang ingin anaknya bersekolah di pondok pesantren.

Agar anak betah di pondok pesantren, sejak dini, sejak jauh-jauh hari harus sudah dikenalkan, diperdengarkan, bahkan diperlihatkan aktivitas pondok pesantren. Sampaikan kelebihannya, keseruannya, serta apa saja yang akan dipelajari.

Saat libur sekolah, tidak ada salahnya sekalian mampir di pondok pesantren, agar anak melihat langsung suasananya. Bahkan bila ada kegiatan pesantren kilat di salah satu pondok pesantren, bisa saja diikutsertakan. Semakin banyak pondok pesantren yang dikunjungi, semakin banyak pula referensi dan pilihan untuk anak. Sehingga anak bisa memilih sesuai dengan yang diharapkan.   

Hindari menyekolahkan anak ke pondok pesantren dengan paksaan atau bahkan dengan ancaman. Ingat, pesantren bukanlah tempat untuk menghukum dan bukan pula tempat menakutkan. Terkadang orang tua tidak sadar mengancam anak memasukkan ke pondok pesantren jika anaknya tidak bisa diatur. Padahal, pondok pesantren bukanlah tempat 'laundry' atau tempat penampungan anak bermasalah.

Yang juga terjadi, orang tua menyekolahkan anak ke pondok pesantren sebagai pilihan terakhir, bukan pilihan utama. Pola pikir ini yang harus diubah. Justru sudah semestinya menyekolahkan anak ke pondok pesantren atau boarding school sebagai pilihan utama. Karena di sini anak akan belajar mandiri, belajar mengambil keputusan, hingga belajar mengatur dirinya sendiri.

Tidak hanya anak, kedua orang tua pun sejak dini harus mempersiapkan mental untuk melepas anaknya. Ingat, menyekolahkan anak ke pondok pesantren bukan berarti mengabaikan atau bahkan dianggap 'membuang' anak. Ini harus dilandasi niat untuk memberikan bekal pendidikan yang baik untuk masa depan anak. Orang tua harus benar-benar tenang dan nyaman ketika anak berada di pesantren.

Rasa khawatir atau cemas sekecil apa pun, akan dirasakan anak dan bisa memberikan dampak negatif. Apalagi jika orang tua mengalami rasa khawatir bahkan cemas berlebihan, maka anak pun akan merasa tidak nyaman. Ada ikatan batin atau ikatan emosional yang tidak nyaman dan pasti akan dirasakan anak.

Selama ini coba perhatikan, ketika kedua orang tua ada masalah dan energinya sedang tidak nyaman, biasanya anak pun akan cerewet bahkan rewel. Ini karena vibrasi negatif dari kedua orang tuanya akan dirasakan. Begitu pula anak yang sedang sekolah di pondok pesantren, akan selalu merasakan energi kedua orang tuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun