Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ini Komunitas Pendonor Darah Paling "Beringas" di Samarinda

25 Juni 2017   20:30 Diperbarui: 26 Juni 2017   15:03 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak komunitas di Tanah Air. Bubuhan Donor Darah Samarinda (BDDS) adalah satu di antara banyak komunitas yang fokus pada upaya membantu pasien yang sedang memerlukan transfusi darah. Baru satu tahun, tapi hasilnya patut diacungi jempol. Beberapa keluarga pasien pun sangat terbantu dengan adanya komunitas ini.

Seperti yang dikisahkan Dedy Zulkarnaen. Sudah 20 bulan, Dedy harus sering bolak-balik ke Palang Merah Indonesia (PMI) Samarinda mencarikan darah untuk anaknya, Rafli Zulkarnaen yang berusia 7 tahun. Buah hatinya itu terkena leukemia alias kanker darah, sehingga harus rutin melakukan transfusi darah termasuk menjalami kemoterapi.

"Golongan darah anak saya AB, kadang sulit mencari pendonor AB. Kalau stok darah di PMI terbatas, saya harus ke sana ke mari mencari pendonor," sebut Dedy Zulkarnaen, di sela acara ulang tahun komunitas BDDS, di halaman Palang Merah Indonesia (PMI), Minggu (18/6).

Beruntung, sejak pertengahan 2016 lalu, awal mula terbentuknya BDDS, Dedy kemudian kerap dibantu komunitas ini untuk memenuhi kebutuhan darah anaknya. "Saya tinggal komunikasi dengan Mas Wiyanto Lesmana dari BDDS. Biasanya tidak lama, stok darah yang dibutuhkan langsung ada," ujarnya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Maka, sejak tahun lalu pula, hingga sekarang, Dedy menggantungkan kebutuhan darahnya ke komunitas ini, ketika stok darah di PMI kosong. Total, sudah 40 kantong darah apheresis yang masuk ke tubuh anaknya, selama menjalani pengobatan.

Senada dikisahkan Rahmad Hidayat yang anaknya juga mengalami leukemia. Anaknya M Alsyahbani yang berusia 1 tahun, juga kerap membutuhkan pendonor darah. "Tadinya juga bingung ketika dokter bilang, anaknya perlu pendonor darah apheresis. Saya kemudian dikasih tahu untuk menghubungi bubuhan donor darah. Alhamdulillah sangat membantu," tuturnya.

Dedy Zulkarnaen dan Rahmad Hidayat sengaja diundang di peringatan hari jadi BDDS, mewakili keluarga pasien yang selama ini selalu membutuhkan transfusi darah. Keduanya diminta menyampaikan testimoni agar para pendonor dari komunitas ini semakin semangat dan yakin, bahwa apa yang mereka lakukan memang sangat bermanfaat untuk orang lain.

Sementara itu, Ketua BDDS Budi Haryanto menyampaikan, terbentuknya komunitas ini berawal dari iseng. "Coba mengumpulkan pendonor di media sosial, akhirnya terbentuk seperti sekarang," katanya.

Awalnya, masing-masing anggota juga tidak saling kenal dan tidak pernah bertemu. "Setelah komunitas terbentuk, barulah bertemu. Itu pun hanya beberapa kali bertemu. Lebih banyak komunikasi di grup media sosial," tuturnya.

Ia pun berharap, semakin banyak orang yang mau mendonorkan darahnya. "Seharusnya PMI tidak akan pernah kehabisan stok darah, karena faktanya jumlah orang yang sehat lebih banyak ketimbang yang sakit," ujarnya. Namun, masih banyak yang enggan mendonorkan darahnya sehingga PMI selalu kesulitan stok darah pada saat tertentu, termasuk Ramadan ini.

Untuk itu, ia bermimpi kelak tidak ada lagi pesan berantai yang berisi keluarga pasien membutuhkan pendonor. Mimpinya, stok darah PMI selalu tersedia karena jumlah pendonor terus meningkat. 

Ia pun mengajak anggota BDDS terus melakukan edukasi agar semakin banyak pendonor, termasuk manfaat yang akan dirasakan para pendonor. Harapannya, Samarinda bisa menjadi lumbung darah bagi Kaltim, dan bisa memasok kebutuhan darah daerah lain di Kaltim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun