Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yuk, Buat Proposal Impian ke Sang Maha Pemberi Rezeki

2 Oktober 2016   21:53 Diperbarui: 2 Oktober 2016   22:47 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mitrapemuda.wordpress.com

Tentu semua sudah tahu, bahwa urusan rezeki, jodoh, apalagi maut, adalah hak veto Yang Maha Kuasa. Apa pun yang terjadi, harus sesuai keputusan dan kehendak-NYA. Namun, apakah keputusan itu sudah mutlak dan tidak bisa berubah?

Nah, dalam Alquran disebutkan, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum mereka sendiri mengubah apa yang ada di dalam dirinya. Ini membuktikan, bahwa keputusan Sang Maha Adil masih bisa diutak-atik, bergantung pada niat dan tekad dari umatnya 

Semua memang terserah Sang Maha Pencipta. Sebagai manusia, hanya bisa menerima kondisi apa adanya. Semua terjadi selalu atas ketetapan dari Sang Maha Kuasa. Tapi ingat, bukankah manusia juga harus tetap berikhtiar?

Ilustrasi sederhana, ada seorang karyawan baru, tugasnya sebagai pesuruh. Maklum, dia hanya lulusan sekolah dasar (SD). Setidaknya dia masih bisa baca tulis. Kantor tempatnya bekerja, tentu mensyaratkan ijazah tertentu bagi yang menduduki salah satu jabatan atau posisi khusus.

Lantas, apakah karyawan yang lulusan SD itu hanya akan menjadi pesuruh selamanya? Jawabannya, bisa iya bisa tidak. Kalau hanya pasrah, ya otomatis tidak akan ada perubahan. Bukankah di atas tulisan ini sudah dituliskan, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum mereka sendiri mengubah apa yang ada di dalam dirinya.

Jika pesuruh ini sangat rajin mengerjakan tugasnya, hasil kerjanya maksimal dan bersih, tentu atasannya akan sangat puas. Boleh jadi, gajinya akan lebih besar dari karyawan lainnya yang levelnya sama. Belum lagi jika karyawan ini kemudian selalu membaca buku di sela waktu senggangnya. Kemudian mengikuti program paket B, paket C, hingga kemudian kuliah di Universitas Terbuka.

Jika itu dilakukan oleh sang karyawan, apakah nasibnya akan sama? Bukankah dia sudah benar-benar berikhtiar dan berusaha untuk mengubah nasibnya. Kalau sudah seperti ini, bukankah atasannya juga bisa berubah pikiran? Setidaknya, jika atasannya tetap mempekerjakan dia sebagai pesuruh, tentu karyawan ini dengan leluasa bisa keluar dan mencari pekerjaan lain yang lebih baik, toh dia sudah mengantongi ijazah.

Bagaimana jika dia tetap lulusan SD, tidak sekolah lagi, tapi meningkatkan kemampuannya dalam hal lain? Ya tetap akan ada perubahan. Kenapa? Karena dia memiliki kemauan untuk berusaha, meningkatkan kapasitas dan pengetahuannya.

Saat saya mendapat amanah mendirikan sebuah perusahaan media cetak baru di Berau, Kalimantan Timur, ada satu karyawati yang cukup lama bertahan hingga sekarang. Tugasnya menjaga kebersihan kantor. Karena memang hasil kerjanya baik dan maksimal, bahkan para direksi yang datang kerap memuji kebersihan kantor, wajar jika kemudian karyawan ini diberikan penghargaan. Akhir Oktober ini, diajak nonton bareng Moto GP di Sepang – Malaysia. Bagi karyawan ini, awalnya merasa tidak yakin dan tidak mungkin. Namun, dia tidak sadar sudah melakukan ikhtiar dengan bekerja baik, sehingga ‘proposal’ itu diterima dan disetujui dalam bentuk penghargaan tadi.

Mungkin bagi sebagian orang, nonton Moto GP di Sepang bukan hal yang istimewa. Namun bagi sebagian yang lain, mimpi ke luar negeri saja sama sekali tidak berani.

Di kantor tempat saya bekerja, tak sedikit karyawan yang awalnya tugasnya sebagai cleaning servis, atau sekuriti, namun karena keinginan belajarnya sangat kuat, kemudian bisa dimutasi ke posisi lain. Ada yang menjadi desainer, marketing, bahkan ada yang jadi kepala divisi. Kenapa bisa terjadi? Karena secara sadar dia memang berniat meningkatkan kapasitasnya. Ada lagi yang memanfaatkan waktunya untuk kuliah lagi, hingga lulus sarjana, bahkan kini melanjutkan lagi ke jenjang pascasarjana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun