Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

'Sekolah Kuliner' ala Djongko: Jalankan Bisnis dengan Hati, Semua Karyawan Dianggap Anak Sendiri

27 Juli 2016   00:11 Diperbarui: 27 Juli 2016   00:25 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue balok (kiri) andalan Djongko. (dokpri)

Kepada karyawan, Pak Yana mengajarkan agar setiap karyawan bukan mengerjakan tugasnya karena takut atau terpaksa. “Saya selalu sampaikan ke mereka, jangan kerja hanya karena disuruh. Hilangkan perasaan disuruh itu. Tapi, fokus pada pekerjaan itu, nikmati. Maka pekerjaan itu akan menyayangi diri kita,” bebernya. Hasilnya, tentu akan dirasakan oleh karyawan itu sendiri.

Baginya, hukum siapa yang menabur dia yang menuai, benar-benar diterapkan. Untuk itulah, dia terus berusaha berbuat yang terbaik agar hasilnya juga maksimal.

Selain mengelola karyawan dengan hati, pilihan bahan baku juga tidak boleh diabaikan. Untuk minuman misalnya, menggunakan sirup standar bintang lima yang memang berkualitas.

“Pokoknya, di sini saya jual dari harga termurah Rp 1.500, sampai yang berkualitas. Impian saya, semua orang dari mulai anak-anak yang uang jajannya pas-pasan sampai yang dewasa, bisa ke sini,” ulasnya.

Hal lain yang diakuinya juga memberikan dampak besar dalam bisnisnya adalah, tidak segan berbagi. Setiap kali ada rekan atau temannya yang mampir ke Djongko, dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang menurunya membahagiakan. Tidak lagi memberikan diskon atau potongan harga, namun benar-benar free alias gratis.

“Ya rasanya bahagia kalau bisa menjamu teman,” katanya. Kadang, apa yang ia lakukan dipertanyakan oleh rekannya yang lain. Apa tidak rugi? Namun nyatanya dia tidak pernah merasa.

“Biasanya, kalau saya habis menjamu orang, besok atau lusanya, pengunjung Djongko langsung naik berlipat-lipat. Jadi memang ngga pernah rugi,” pungkasnya. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun