Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

'Sekolah Kuliner' ala Djongko: Jalankan Bisnis dengan Hati, Semua Karyawan Dianggap Anak Sendiri

27 Juli 2016   00:11 Diperbarui: 27 Juli 2016   00:25 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue balok (kiri) andalan Djongko. (dokpri)

Di sela padatnya kegiatan Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) di Bandung – Jawa Barat, saya mendapat undangan spesial dari sahabat saya Pak Yana Hendayana. Saya mengenal beliau ketika sama-sama mengikuti workshop Quantum Life Transformation di Tretes – Pasuruan – Jawa Timur, Desember 2014 silam. Sejak itu, saya sering berdiskusi dan berkomunikasi dengan beliau melalui media sosial.

Malam sebelumnya, saat akan beranjak ke Gedung Sate hendak menghadiri Welcome Dinner, undangan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, tiba-tiba beliau berkunjung ke hotel tempat saya menginap. Hanya sempat ngobrol sebentar, terpaksa saya harus mohon maaf meninggalkan beliau yang sudah jauh-jauh mendatangi saya.

Nah, keesokan harinya, memanfaatkan waktu yang ada, saya pun membalas kunjungan Pak Yana. Saya dijemput, dibawa ke kediamannya, sekaligus menjadi salah satu tempat usahanya, Djongko.

Djongko, dalam bahasa Sunda artinya warung yang terbuka. Usaha kuliner yang berada di Jalan M Thoha Bandung, tak jauh dari pintu tol ini, sangat sederhana. Dibangun menggunakan kayu bekas, bahkan meja pun menggunakan bekas drum. Usaha yang dirintis sudah lebih dari 3 tahun ini, sangat laris. Kawasan ini sebenarnya bukan kawasan kuliner, namun ternyata Pak Yana membuka Djongko ini 24 jam.

Setiap hari tak pernah sepi pengunjung dari berbagai kalangan. Apalagi malam hari, barisan motor dan mobil terparkir rapi, memadati lahan yang ada. Bahkan saking padatnya, terkadang ada pengunjung yang tidak kebagian bangku.

“Itu bapak lihat sendiri, ada yang rapat. Kalau rapat di hotel, berapa biaya yang terbuang,” ujarnya sembari menunjuk beberapa pengunjung yang duduk melingkar, terlihat serius membahas sesuatu.

Salah satu menu andalan di Djongko ini adalah kue balok. Kue yang mirip seperti kue pancong namun ukurannya dua kali lipat lebih besar ini, diklaim paling laris dan paling terkenal. Ini karena cara pembuatan kue khas yang dilakukan Pak Yana ini, masih mempertahankan cara tradisional yakni menggunakan arang.

Pak Yana (kanan) bersedia berbagi kisah suksesnya. (dokpri)
Pak Yana (kanan) bersedia berbagi kisah suksesnya. (dokpri)
Dengan ramah, Pak Yana memberikan penjelasan bagaimana proses pembuatannya. Saya pun melihat dua karyawannya bagaimana menata arang di bagian bawah, kemudian di bagian atas cetakan khusus, dituangkan adonan. Setelah selesai, barulah ditutupi juga dengan besi yang berisi arang. Sehingga, bagian atas dan bawah kue ini, matang sempurna. Harganya per buah hanya Rp 1.500. Namun, jika ingin menambah toping seperti keju atau cokelat, harganya Rp 2.500 per buah.     

Sembari terus mengobrol, satu piring kue balok ada di hadapan saya. Ada yang original, keju dan cokelat. Satu demi satu saya coba. Rasanya memang enak, padanan rasa gurih dan manis. Garingnya juga pas, apalagi dimakan selagi panas dengan didampingi segelas kopi vietnam.

Tapi nyatanya, Djongko bukan warung sembarangan. Siapa sangka, usaha kuliner pinggir jalan ini menyajikan juga menu bintang lima. Ada steak, hingga ramen. Minuman pun menggunakan sirup standar restoran papan atas. Para barista yang dimiliki juga sangat mahir beberapa kopi andalan Djongko ini.

Tentu saja, saya semakin penasaran mengulik bagaimana rahasia Pak Yana bisa sukses menekuni bisnis ini. Awalnya dia memiliki usaha toko bangunan. Kini, toko bangunan itu hampir menyatu dengan dengan Djongko dan kediamannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun