Mohon tunggu...
Endra Wahyoudee
Endra Wahyoudee Mohon Tunggu... Guru - Guru

Masih ingin terus belajar, karena belajar dapat menemukan hal-hal baru

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Penjual Buah dan Timbangannya

4 November 2022   08:18 Diperbarui: 4 November 2022   08:24 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENJUAL BUAH DAN TIMBANGANNYA

Assalamualaikum teman-teman kompasianer

Disebutkan pada sebuah kisah, ada seorang pemuda yang ingin berwirausaha dan memutuskan untuk berjualan buah. Buah yang ingin pemuda itu jual adalah buah mangga. Setiap mangga yang akan dibeli oleh pembeli ditimbang terlebih dahulu dengan menggunakan timbangan miliknya. Awalnya usahanya berjalan lancar, tetapi semakin lama semakin hari, jualan mangganya sepi dari pembeli dan akhirnya ia pun tutup.

Kemudian dengan jiwa wirausaha yang tinggi, ia memutuskan untuk berjualan kembali, dan kini pemuda itu berjualan jeruk. Seperti sebelumnya, ia masih menggunakan timbangannya yang dulu ia gunakan untuk menimbang jeruk yang akan dibeli pelanggan. Lagi-lagi, usaha jeruknya pun semakin merugi sampai akhirnya tutup.

Pantang menyerah dengan usahanya, pemuda itupun lantas berjualan kembali. Kali ini ia  berjualan pisang. Meskipun sudah tiga buah berbeda, tetap saja ada yang sama dengan sebelum-sebelumnya, yaitu timbangan tua yang sama yang selalu ia gunakan. Sekali lagi, usaha berjualan pisangnya pun kandas dan tutup.

Dengan rasa penasaran pemuda itu menyelidiki apa penyebab para pelanggan yang selalu saja menjauhi dan tidak membeli barang dagangannya. Ternyata satu-satunya alasan adalah ada yang tidak beres dengan timbangannya itu. Pelanggan merasa barang apa saja yang mereka beli dari si pemuda penjual buah itu selalu lebih sedikit dibandingkan di toko buah pedagang lain. Sekarang pemuda itupun sadar dan segera menggantinya dengan timbangan yang baru. Dan Alhasil, jualan buahnya pun ramai kembali dan penggan yang tadinya menjauhi kini mulai berdatangan kembali.

Pesan moral dari kisah diatas adalah, mari sama-sama kita lihat diri kita sendiri, jangan-jangan kita juga tanpa sadar selalu menggunakan timbangan kesayangan kita dalam melakukan sesuatu di kehidupan ini. Kita selalu menimbang-nimbang segala sesuatu menurut keinginan kita semata, tanpa kita merasa perlu menimbang lagi apakah hal itu diridhai Allah atau tidak. Inilah timbangan tua yang selalu kita pakai. Sehingga barangkali keberkahan selalu saja menjauh dari diri kita.

Maka sekarang waktunya kita sadar dan segera mengganti dengan timbangan baru. Yaitu setiap kali kita melakukan sesuatu di kehidupan ini, satu-satunya timbangan kita adalah keridhaan Allah. Jika setelah ditimbang-timbang kita merasa hal tersebut diridhai Allah, maka laksanakan. Jika tidak, maka tinggalkan.

Pesan ini juga merupakan pengingat bagi diri saya sendiri. Di hari Jum'at yang penuh berkah ini, mari sama-sama kita berdo'a semoga kehidupan kita semakin baik dari kehidupan sebelumnya, dan semoga setiap aktifitas kegiatan yang kita jalani selalu diridhai Allah, aamiin.

Semoga bermanfaat

Salam hangat penuh semangat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun