Mohon tunggu...
Ending Nurdea Saputri
Ending Nurdea Saputri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi / 20107030022

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Kebencian Seseorang, Kita Belajar

17 Juni 2021   13:10 Diperbarui: 17 Juni 2021   13:20 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasa benci tentunya dimiliki oleh setiap orang. Orang yang memiliki kepribadian baik pun pasti bisa memiliki sifat benci, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain. Tapi apakah sifat benci ini baik bagi diri kita? Tentu tidak, melainkan hanya akan menjadi sarang penyakit dalam hati kita.

Disaat perasaan marah, kesal, atau ketidaksukaan kita terhadap orang lain mulai mencuat atau meluap dan disisi lain kita sudah tidak mampu membendungnya lagi, disaat itulah hal demikian mampu menimbulkan rasa benci dalam diri kita baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Tinggal kita lihat saja dari konteksnya.

Terkadang rasa benci lebih ditimbulkan kepada seseorang karena ketidaksukaannya terhadap orang tersebut. Hal ini bisa disebabkan karena kalah unggul atau tersaingi, bahkan ada juga yang membenci orang karena fisiknya, terutama dalam warna kulit atau rupa seseorang.

Jika dilihat ujaran kebencian ini sungguh menakutkan bukan? Selain dapat merusak mental seseorang, hal ini juga mengakibatkan hati kita menjadi gelap. Hati gelap disini bukanlah berkaitan dengan warna melainkan dengan istilah yang sering diungkapkan oleh orang lain yang memiliki sifat benci begitu mendalam kepada diri sendiri atau orang lain yang pada akhirnya membuat hatinya menjadi gelap atau keras hati. Sehingga ia tidak mampu memaafkan atau menerima kembali seseorang yang ia benci.

Dalam Al-Qur'an surah Al-Hujurat ayat 11, Allah berfirman yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim."

Dilihat dari penjelasan surah diatas, dapat kita simpulkan bahwa kita sendiri sudah diperingatkan oleh Allah Swt, untuk tidak saling memperolok-olok satu sama lain. Karena boleh jadi yang kita perolok-olok lebih baik daripada diri kita sendiri. Jangan sesekali pun kita sebagai makhluk yang notabenenya sama, menjadi orang yang merasa paling baik dan yang paling sempurna. Seperti istilah 'diatas langit masih ada langit'.

Sudah disebutkan juga bagi kita untuk menghindari 3 hal kebencian, sesuai dalam surah Al-Hujurat ayat 11, yaitu yang pertama menghina dan menganggap remeh seseorang, kedua mencela dan melaknat dengan berusaha menyakiti, dalam hal ini ditunjukkan lewat lisannya, dan ketiga memanggil seseorang dengan panggilan yang tidak pantas atau dengan gelar-gelar yang buruk.

Jika kita orang yang beriman dan mampu berpikir jernih, sudah seharusnya kita menjauhkan diri kita dari ketiga hal tersebut. Akan lebih baik jika kita memperbaiki diri untuk menjadi orang yang lebih baik, terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah Swt, daripada kita sibuk mencela orang lain. Karena itu hanya perbuatan sia-sia dan sungguh azab Allah itu sangatlah pedih.

Lalu bagaimana sikap kita untuk mereka yang membenci kita? Karena tidak selamanya kita mampu mendengar atau menerima cacian mereka. Apakah kita tidak boleh membalasnya?

Jangan pikirkan hal yang macam-macam! Untuk masalah pembalasan serahkan kepada Tuhan kita karena Dialah Yang Maha Pembalas dan Yang Memiliki Pembalasan. Tugas kita untuk memperingatkan, menasehati, dan menolong mereka untuk bisa kembali pada jalan yang benar (jalan Allah Swt). Jangan sampai kita berbuat seperti mereka, mengembalikan kebencian dengan kebencian yang sama. Lalu apa bedanya kita dengan mereka? Bukankah ini hanya membuat diri kita menjadi sama seperti mereka. Dan mereka akan berbangga karena sudah mampu membuat diri kita sama dengan mereka.

Kebencian tak selamanya menyelimuti setiap diri manusia. Mereka akan sadar jika waktunya sudah tiba. Kebencian datang karena rasa iri atau ketidaksukaan seseorang pada diri kita. Oleh karena itu, apa yang menjadi ketidaksukaan mereka sehingga membuat mereka memiliki rasa benci kepada kita, jadikan saja hal itu untuk pembelajaran bagi diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun