Mohon tunggu...
Ending Nurdea Saputri
Ending Nurdea Saputri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi / 20107030022

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Apakah Salah Menjadi Sok Kuat?

11 Juni 2021   15:10 Diperbarui: 11 Juni 2021   15:30 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang yang berotot belum tentu menjadi orang yang paling kuat di dunia. Karena masih ada perasaan yang harus menerima dan menilai kejadian yang lebih rumit dalam sebuah kehidupan.

Kuat yang dimaksud di sini ialah orang yang mampu ikhlas dan lapang dada atas apa yang menimpanya, baik musibah, cobaan, ujian, hinaan, dan sebagainya. Mengembalikannya kepada Sang Pencipta dan mampu menerimanya dengan sukarela lalu memperbaikinya.

Tidak jarang orang mudah terpedaya dengan perilakunya sendiri. Dimana ia harus menjadi orang yang sok kuat di hadapan public. Tetapi, saat ia terbangun dan membuka topengnya ia hanya bisa menggerutu dan menangisinya. Lalu bertanya-tanya apakah yang dilakukannya sudah benar ataukah hanya lebih memperburuk keadaan?

Kata 'lemah' sepertinya sudah menjadi racun bagi manusia. Mereka mencoba menjauhkan diri dari kata tersebut. Tapi apalah daya kita sebagai seorang manusia. Kita diciptakan sebagai orang yang memiliki sifat keluh kesah, seperti yang sudah dijelaskan dalam QS. Al-Ma,arij ayat 19-20, yang artinya "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah."

Kita selalu mengikuti ke mana arah perasaan membawa kita. Baik perasaan senang maupun perasaan sedih. Tetapi, kerap kali juga kita menolak keadaan yang sebenarnya. Mau tidak mau inilah jalan kehidupan yang memiliki beribu macam muka. Kita selalu menggonta-gantinya tanpa kenal lelah. Mencari mana yang sekiranya cocok untuk diri kita sendiri.

Manusia adalah makhluk social yang berarti mereka tidak bisa hidup secara individu melainkan masih harus membutuhkan dan menerima bantuan atau uluran tangan manusia lainnya.

Dengan begitu, kita diciptakan dengan berkelompok, berpasang-pasangan, agar kita bisa saling tolong menolong satu sama lain. Jangan menganggap diri kita sendirian. Itu hanya akan menjadi boomerang bagi diri kita sendiri. 

Lihatlah apa yang pantas kamu lihat dan dengarkanlah apa yang pantas kamu dengar. Jika apa yang kamu lihat dan kamu dengar hanya membuat dirimu lemah maka hiraukan, tutuplah dengan rapat-rapat, atau sibukkan dirimu kepada hal yang lebih bermanfaat.

Lakukan sesuatu yang sekiranya kamu mampu dahulu, jika itu sudah kamu lalui, cobalah perlahan-lahan membuka lembaran baru dengan gaya hidupmu yang sebenarnya. Berproses sedikit demi sedikit, bukan berusaha mengubahnya melainkan memperbaikinya untuk menjadi sesuatu yang lebih baik.

Lalu, apakah menjadi sok kuat itu salah?

Dalam hal ini bisa kita anggap salah dan bisa juga kita anggap boleh-boleh saja. Hanya saja kita harus menempatkannya pada posisi yang tepat dan pada waktu yang tepat pula. Bukan asal menjadi sok kuat, tapi kenyataannya melebihi dari dugaan dan akhirnya merusak kepribadian dari diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun