Mohon tunggu...
Andi A. Fattaah
Andi A. Fattaah Mohon Tunggu... Freelancer - Jika suara dibungkam, jangan jadikan media milik penguasa

anak kuliah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Nilai HMI dalam Tantangan Zaman

10 Mei 2021   15:26 Diperbarui: 10 Mei 2021   15:56 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Andi Abdul Fattaah / Ketua Umum Komisariat IPPTEK

Kehidupan sosial budaya adalah suatu bentuk yang selalu berkaitan dengan umat manusia dari dahulu hingga saat ini. Perubahan sosial budaya pada dasarnya adalah salah satu elemen penting dalam transformasi masyarakat yang terjadi dapat ditandai dengan perubahan komposisi, struktur, fungsi, batas, dan lingkungan dalam suatu sistem sosial masyarakat. Selain itu beberapa tokoh juga berpendapat bahwa gerakan sosial adalah salah satu cara utama untuk menata ulang masyarakat kearah yang lebih baik. Sebagai mahkluk sosial tidak mungkin memenuhi kebutuhan kemanusiaannya dengan baik tanpa berada di tengah sesamanya dalam bentuk-bentuk hubungan tertentu. 

Agen utama perubahan sosial itu diartikan sebagai gerakan massa serta konflik yang ditimbulkannya (Adamson dan Borgos, 1984). HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) merupakan “pewaris” tradisi intelektual dari generasi sebelumnya dan mesti tetap eksis sehingga berfungsi sebagai wadah yang mencetak/memproduksi generasi terpelajar baru, yang berlangsung secara berkesinambungan di tengah-tengah masyarakat Indonesia (Noer, 1980; Sitompul, 1995; dan Suryanegara, 1995). Berarti bahwa HMI mesti ikut berpartisipasi untuk menumbuhkan dan memperluas lapisan menengah masyarakat Indonesia, baik dalam konteks sosial, budaya, dan ekonomi maupun politik. 

HMI berperan sebagai organisasi perjuangan, dengan membawa suatu misi dakwah (Sitompul, 2002) Perjuangan itu adalah suatu usaha yang teratur, tertib, sistematis, dan berencana untuk mengubah suatu tatanan atau kondisi yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan masa kini (Noer, 1983; Locke et al., 2002; dan Kartakusumah, 2016). Perjuangan juga menghendaki munculnya situasi baru, yang lain dari kondisi sebelumnya, sehingga dapat memenuhi tuntutan dan keperluan kontemporer, sebagaimana kita kehendaki menuju keridhoan Allah Subhanahu Wa-Ta’ala.

Profesor. Dr. H. Agussalim Sitompul pernah menyatakan bahwa permasalahan besar dan serius yang melanda HMI saat ini adalah mengapa HMI mundur dan memudar, jika dibandingkan pada tahun 1980 ke bawah. Semestinya HMI yang sejak tahun 1998 sudah memasuki usia 50 tahun, sudah harus jauh lebih maju di segala bidang. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian, malah semakin mundur dan memudar. 

Mundur dan memudarnya identitas diri kader semata-mata terjadi karena pemahaman akan tujuan yang hendak dicapai masih belum dipahami sepenuhnya oleh diri kader. Ini terlihat ketika basic traininig calon anggota terlihat acuh pada saat berjalannya forum basic training tersebut. selain itu, ketika telah menjadi anggota pun kader disibukan dengan hal-hal yang mengesampingkan pendalaman akan materi-materi basic training. Sehingga mengakibatkan lahirnya kader yang "dipaksakan" karena tidak mengusai teori-teori secara universal. 

Dengan pernyataan diatas, sebagai refleksi bahwa HMI sudah seharusnya kembali lagi pada Khittah perjuangan nya. kader HMI mampu menerapkan ajaran Agama Islam guna menciptakan masyarakat Cita. Arti masyarakat Cita adalah masyarakat Adil Makmur yang diridhai Allah subhanahu wata’ala. Masyarakat yang bebas dari bermacam bentuk belenggu penindasan, masyarakat yang berdaulat, masyarakat yang berdaya, mampu dan mandiri serta dapat menentukan hidupnya sendiri, masyarakat yang menjadi cita-cita kemerdekaan.

Kontekstualisasi dan Implementasi NDP 

Tantangan zaman menyebabkan HMI sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan mampu mengatasi problem solving dengan menghasilkan inovasi yang menggugah masyarakat dan publik. NDP yang dirumuskan oleh salah satu cendekiawan HMI yaitu Nurcholish Madjid atau yang biasa disapa Cak Nur, menuangkan pemikirannya dalam sebuah dokumen pegangan bagi kader HMI yang nilai-nilainya mengandung Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tidak hanya ditujukan kepada HMI itu sendiri, tetapi merujuk juga sebagai pedoman masyarakat islam secara Universal.

Kedangkalan pemikiran masyarakat adalah indikator utama NDP lahir sebagai jawaban permasalahan-permaslahan umat. Kader HMI sebagai bagian dari pemuda mempunyai tanggung jawab yang  besar dalam membangun umat dan bangsa. Dia mempunyai kesempatan dan peluang yang lebih dikarenakan semua tingkah pola yang dilakukan kader HMI selalu menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan berlandaskan Islam.

Namun itu semua harus dibarengi dengan ketekunan dan kegigihan dalam memperjuangkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran-ajaran Islam setiap anggotanya. Karena masyarakat yang diidam-idamkan sebagai civil society yang berakhlak-ul-karimah membutuhkan manusia-manusia yang berkualitas dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kepercayaan sebagai pemimpin di dalamnya.

Dari pengalaman dan perjalanan sejarahnya yang panjang dan penuh dinamika itu, yang menjadi corak pemikiran HMI adalah bagaimana memadukan ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an dalam suatu kerangka berpikir yang khas, yang bisa dirumuskan dalam visi, misi, dan program yang nyata. Karena apabila ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an tidak dipadukan, maka dikotomi antara keduanya akan tetap muncul dan menjadi masalah sepanjang masa. Berdasarkan ideologi HMI, yaitu ke-Islama-n dan ke-Indonesia-an, dengan sifat independensinya, maka HMI bisa memberikan solusi terhadap kondisi masyarakat Indonesia yang sangat beragam dan dinamis ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun