Mohon tunggu...
Endang Nila Kesuma
Endang Nila Kesuma Mohon Tunggu... profesional -

educator; concern about pedagogical teaching, children psychology, and curriculum.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Papa Mama vs Abang Kakak

28 November 2013   08:01 Diperbarui: 4 April 2017   17:07 15496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dari sekian banyak hal yang mengganggu saya selama bekerja di kantor nan klasik ini, ada satu pelajaran penting yang saya petik, saya nikmati selama proses melihatnya meskipun dalam banyak kesempatan saya memilih tidak ikut terlibat.

Saya bekerja pada sebuah institusi pendidikan, tepatnya sekolah, sebagai staff ahli kurikulum untuk satu subjek yang diajarkan di sekolah dasar. Saya memilih untuk berkantor di salah satu cabang sekolah. Saya berada satu ruangan dengan seorang guru bimbingan konseling di ruang UKS.

Saya menceritakan kisah tentang anak-anak yang sangat kompleks dan berharga itu khusus untuk para papa mama di luar sana atau di mana saja berada. Dari dunia anak yang sangat kompleks itu, yang sama sekali tidak sederhana itu, mari sama-sama kita dengarkan jeritan mereka (lewat perwakilan mereka yang sering keluar masuk ruangan ini).

Saya jatuh cinta pada seorang anak kelas 3, laki-laki, sebut saja namanya abang. Anak yang sangat ganteng dan cakep namun abusive dan sangat sulit blend dengan sesama temannya. Perilakunya sangat menyebalkan bagi yang tidak mengerti, namun sesungguhnya sangat kasihan. Dia bisa saja tiba-tiba teriak di tengah pelajaran sedang berlangsung, mengatai seluruh isi kelas dengan kata-kata yang tidak senonoh, sejenis hewan, atau kata negatif lainnya. Tidak ada satupun yang memihak dia; seluruh isi kelas (kecuali guru) menyudutkan dia, menunjuk jari telunjuk ke arahnya dan mencibir ke arah dia. Dia memukul temannya dan atau banyak tindakan lainnya yang sungguh menyebalkan, bahkan guru, kadang-kadang menyatakan menyerah untuk menghadapi.

Ada apa dibalik perilaku si abang? Si abang adalah anak yang tidak diinginkan, dia tidak mendapatkan perhatian yang cukup; ketika teman-temannya mendapat bekal atau uang jajan, si abang hanya akan diam atau bersikap meminta atau memaksa temannya membelikan; padahal papa mama si abang bukan orang tidak punya. Di rumah, si abang mendengar kata-kata negatif lebih banyak daripada kata-kata positif. Sehingga si abang hanya memiliki perbendaharaan kata-kata yang negatif, sehingga semua bentuk emosi yang dimiliki si abang akan diekspresikannya lewat kata-kata tersebut. Si abang jarang mendapat pujian, maka si abang tidak tau caranya menghargai dan memuji orang lain, melainkan memaki. Sering si abang bertanya pada guru-gurunya “Ibu sayang abang nggak?”, mungkin saja, si abang sama sekali tidak mendapat perlakuan di sayangi oleh keluarga atau bahkan mungkin terang-terangan mendapat pengakuan bahwa dia sama sekali tidak disayangi atau tidak diinginkan. Tau kah di mana si abang sekarang? Di akhirnya dianjurkan untuk bertemu psikiater untuk dirawat.
Papa mama di luar sana, saya sampai menangis membayangkan betapa hancur hati seorang abang tapi dia pun sedang tidak tau apa artinya kehancuran itu, kita yang tahu.

Saya punya kisah tentang seorang anak perempuan, sebut saja namanya kakak. Juga duduk di kelas 3. Perlikau menyebalkan yang dilakukannya adalah, dia sama sekali tidak berminat dengan yang namanya belajar. Dia selalu punya alasan untuk keluar dari kelas, alhasil, ruangan ini adalah sasarannya. Alasannya antara lain; meminta tolong guru untuk memperbaiki cepol rambutnya, katanya dia tidak bisa bisa konsentrasi belajar dengan rambut berantakan; mengantar temannya yang sedang sakit, alhasil setiap ada teman punya keluhan – se-ringan apa pun – si kakak akan datang mengantarkan bersikap seolah-olah dia perawatnya; keluhan pusing karna kelas terlalu ribut, karena terlalu lelah akibat field-trip kemaren, hampir demam, tangan terluka, dsb. Tindakan ini tidak hanya berdampak pada diri kakak sendiri, secara langsung tidak langsung, teman-teman sebaya akan terpengaruh, antara lain akan bersama-sama keluar kelas dan akan meniru perilaku si kakak.

Ada apa dibalik perilaku si kakak? Si kakak kebingungan dalam menghadapi perilaku sosial yang ditunjukkan oleh role modelnya; papa mamanya. Papa punya pacar lagi, mama juga punya pacar lagi. Si kakak tidak punya figur yang kokoh untuk membentuk identitasnya. Si kakak mungkin sudah melihat kehidupan dan aktivitas orang dewasa yang tidak pantas menjadi konsumsi anak se kecil si kakak dan si kakak tidak punya monitor atau arahan yang benar dari seorang role model dalam hidupnya. Mungkin si kakak tidak mendapat perhatian yang cukup disebabkan oleh posisi silang dalam keluarga yang dimilikinya. Namun dalam hal lain, si kakak mungkin akan mendapatkan apa saja yang diinginkannya, dengan mudah papa mama akan berikan. Apapun yang ingin dilakukannya, papa mama akan akan lakukan dan mengijinkan. Si kakak padahal hanya punya referensi sikap perilaku dari papa mama dan ligkungannya. Satu hal pokok yang dibutuhkan si kakak adalah perhatian, kasih sayang, dan teladan yang benar.

Dari sekian banyak teori tentang psikologi perkembangan anak, apakah papa mama perlu tahu semua? Atau papa mama mungkin berpikir bahwa mereka dapat menyerahkan hal yang satu ini kepada sekolah atau baby sitter atau penolong di rumah.

Sekarang mari kesampingkan teori-teori itu. anak-anak yang kompleks dan tidak sederhana itu, mereka butuh hanya beberapa hal sederhana, yaitu kasih sayang, perhatian, dan figur teladan. Sederhana bukan? Iya benar, mereka butuh hal yang material seperti; mainan, peralatan sekolah, mungkin juga baju-baju mewah, motor, atau bahkan mobil. Namun hal yang membentuk mereka menjadi manusia utuh adalah hal-hal sederhana ini;

Kasih sayang. Mengasihi dan mencintai anak seharusnya bukan hal yang sulit, sebab mereka adalah darah daging papa mama. Terima keberadaan mereka; cantik ganteng atau kurang cakap, pintar atau kurang pintar, gemuk atau kurus, hitam atau putih, tinggi atau putih: mereka adalah sosok utuh manusia dengan kompleksitas yang utuh dengan segala kelebihan dan kekurangan. Bagaimana bentuk dan keadaan mereka bukan pilihan mereka atau papa mama, mereka adalah pemberian Tuhan. Hanya 1 dari seribu orang anak mungkin memiliki kesempurnaan di dunia ini dari lahir. Sisanya tumbuh dari penerimaan akan diri sendiri dan latihan. Penerimaan akan diri sendiri ini didapat apabila papa mama menerima terlebih dahulu. Dengan menerima sosok anak sebagaimana adanya mereka, tanpa membandingkan dengan sosok yang lain, tanpa memaksa untuk menjadi figur impian papa mama, tanpa mencela kekurangan dan kelemahan tapi membimbing mereka melakukan hal-hal atau tugas lebih baik, anak akan melihat bahwa dirinya berharga. Dari sanalah pribadi seorang manusia mulai terbentuk. Manusia yang menyadari bahwa hidup dan dirinya berharga. Sehingga mereka akan bertumbuh jadi sosok manusia yang berkarya. Bukan manusia yang rendah diri, yang merasa hidupnya tidak berati dan tidak berharga dan berakhir menjadi sosok-sosok prihatin atau menjadi beban masyarakat.
Sudahkah papa mama mengasihi dan mencintai kakak dan abang di rumah?

Perhatian. Membesarkan anak tidak total dilakukan oleh baby sitter, namun papa dan mama dibantu oleh baby sitter. Berbincang-bincang dengan anak. Bermain bersama anak. Makan bersama. Mengantar ke sekolah. menanyakan tugas sekolah dan membantu mereka menyelesaikan. Mendengarkan kisah tentang sekolah, guru dan teman-teman. Menanyakan isi hati dan pikiran mereka ketika mereka melakukan kesalahan dan diberi disiplin. Memberi pelukan dan ciuman pada saat mereka mencapai prestasi atau bahagia. Merangkul di saat mereka bersedih karena bertengkar dengan teman. Memberikan arahan dan nasihat. Mendampingi di acara-acara sekolah atau di tempat ibadah. Menjadi figur teladan bagi anak. Hal-hal sederhana ini. Maka mungkin sekali, anak-anak akan mendapat cukup perhatian, kenyang dan bertumbuh dengan baik menjadi pribadi manusia yang kokoh tanpa harus mencari perhatian tidak sehat di luar sana. Sangat banyak perhatian-perhatian yang berakhir tragis ditawarkan diluar sana; mungkin teman-teman dengan perilaku anti sosial, anak dapat menjadi pemberontak dan melakukan tindakan diluar kendali papa mama; mungkin seorang kekasih yang menawarkan perhatian berlimpah namun berujung pada free-sex dan hamil di luar nikah; mungkin juga para pencari tenaga kerja yang berujung pada ketidakjelasan, apakah berakhir pada human trafficking atau kejadian-kejadian lain yang sama sekali di luar dugaan. Ini hanya contoh. Yang sesungguhnya terjadi, bisa jadi ribuan, karena kakak dan abang sangat lapar perhatian sehingga mereka menyantap apa saja yang dihidangkan di luar sana.
Sudah kah papa mama memberi perhatian pada kakak dan abang di rumah?
Figur teladan. Papa adalah kepala rumah tangga dan mama adalah pendamping. Papa mencintai mama dan menunjukkan kasih sayang pada mama. Papa memenuhi kebutuhan materi keluarga dan memberi kasih sayang dan perhatian pada mama dan kakak juga abang. Mama mencintai dan menghormati papa. Mama menunjukkan kasih sayang dan perhatian pada papa dan mama lewat details yang dikerjakan dalam kegiatan sehari-hari rumah tangga dibantu oleh penolong. Atau mama mungkin adalah juga wanita karir, namun mama tidak pernah melewatkan hari tanpa punya waktu untuk berbincang-bincang atau duduk bercengkerama dengan papa dan kakak dan abang. Tahu kah papa mama bahwa figur papa membentuk identitas kakak dan abang? Terbentuknya pribadi anak ditentukan oleh sebesar apa kasih sayang, perhatian, dan teladan yang diberikan oleh papa. Jadi papa, ketika engkau bilang harus hormat pada mama, maka hormatilah mama terlebih dahulu. Anak lebih dapat mengerti ketika mereka melihat contoh praktik dari teori yang telah dijelaskan. Papa yang pemimpin, kepala keluarga, melakukan fungsinya dengan benar, maka anak akan memiliki fungsi yang benar; kakak adalah perempuan dan abang adalah laki-laki. Sehingga mereka akan punya modal yang kokoh ketika mereka mulai memainkan peran mereka di tengah-tengah masyarakat dan kelak dalam keluarga yang mereka bentuk sendiri. Mama adalah panutan karakter anak. Seperti apa karakter anak, menggambarkan mama yang mengasuh mereka.
Papa mama, sudah kah jadi teladan yang benar buat abang dan kakak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun