Mohon tunggu...
Wanita Penikmat Rindu
Wanita Penikmat Rindu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya orang biasa

About life, friends, and love

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan Kemarin

28 September 2021   15:18 Diperbarui: 28 September 2021   15:46 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pernah satu hari aku terbangun, dan aku pikir kita masih sama seperti sebelumnya. Ku lihat dengan cermat story whatapps mu, senyum tipis dibibir mu masih mampu menghangatkan hati yang telah rusak. Tak ada alasan mengapa kita berpisah, semua terjadi begitu saja, sampai hari ini pun aku masih terus memikirkan mu. 

Bagaimana bisa rasa ini begitu dalam sementara kita hanya dipertemukan tanpa sengaja dan dengan waktu yang singkat, tepat dibawah kaki langit dengan bintang yang bertaburan dan dengan rembulan yang pada saat itu bersinar lebih terang dari malam-malam sebelumnya. Masih terekam jelas diingatan ku, senyum dan ledekan mu yang memulai obrolan singkat kita.

Dimulai dari genggaman tangan awal kita memulai semuanya, yang aku pun yakin semesta tau bahwa aku butuh kamu, dan kamu pun sebaliknya. Hari-hari yang kita lewati untuk beberapa saat terasa menyenangkan, sampai akhirnya masalah satu persatu muncul. Entah itu masalah yang kecil atau bukan, yang pasti itu mampu membuat aku dan kamu saling berargumentasi dan setelahnya hanya ada keheningan untuk beberapa hari dan terkadang hampir berminggu.

Kita masih dengan pikiran masing-masing. Pertengkaran yang bodoh, permusuhan yang bodoh, itu sangat menggelikkan jika aku berusaha mengingatnya kembali. Aku tidak pernah malu untuk mengigat hal-hal tentang kita yang dulu. Karna aku ingat, aku yang terputuk pernah bersandar dibahu yang siap menopang segala cerita sedih dan tangisku.

Dan bagaimana bisa aku melupakan itu semua, jika ciuman pertama ku adalah dirimu. Dan aku pun masih sangat mengingat caramu mengecohkan perhatianku demi mencium pipi ini. Sayangnya, kita harus berpisah dan memulai semuanya masing-masing dengan membawa atau meninggalkan kisah kemarin. Aku tidak tau bagaimana denganmu, tetapi diriku memilih untuk membawa kisah kemarin untuk ku kenang dan ku biarkan sirna seiringnya waktu. Bahkan kisah kemarin masih kuceritakan dengan teman-teman yang dekat denganku, sampailah saat-saat tiba mereka kadang menjailiku dengan kisah kita yang kemarin.

Dulu kita berjanji, jika pun nantinya berpisah dan semua yang kita rencanakn tidaklah tercapai, semua yang terjadi biarlah berlalu, dan mungkin kita bisa menjadi seorang teman. Itulah pengingat kita, agar nantinya tidak ada permusuhan antara kamu dan aku disaat nantinya semesta memang tidak mengijinkan kita bersama lagi.

Hingga perjanjian itu pun akhirnya terjadi. Aku dan kamu menggenggam erat akan hal itu. Hingga beberapa tahun yang telah kita jalani tanpa ada ikatan yang special, dirimu dan aku tetap menjalin komunikasi yang baik, masih tertawa dengan obrolan yang terkadang kita lakukan seperti sebelumnya. Namun, dirimu tiba-tiba menghilang, meninggalkan aku yang kembali mencoba untuk sembuh, kini hancur kembali berkeping-keping, hingga aku tak mampu mengumpulkan sisa-sisa hati yang telah rusak. 

Ada rasa marah, kecewa bahkan sakit yang kurasa lebih dari sebelumnya. Aku terlihat bodoh dengan berharap bahwa semuanya akan kembali seperti dulu. Aku menari dengan pikiranku sendiri, mencoba mencari celah mengapa kamu menghilang tiba-tiba. Namun, aku tidak menemuinya. Aku mulai berpikir keras adakah dirimu sudah ada yang lain ?. Aku bingung dengan semuanya, aku merasa dirimu seolah-olah mempermainkanku, hanya menjadikan ku tempat pelampiasan atas rasa kesepian mu.

Aku mulai kembali menata hari-hari ku yang hancur dengan sedemikan baiknya. Aku tetap untuk tidak melupakan semua tentang kita bahkan menghilangnya dirimu yang secara tiba-tiba tetap ku bawa dengan ingatanku. Ku percayakan kepada waktu, bahwa semuanya akan hilang tanpa menyakiti ku.

Hari-hari berganti begitu cepat. Hingga dirimu kembali muncul didinding social media milikku. Bukan kamu seorang yang ada difoto itu, ada seorang gadis yang berdiri tepat disampingmu seraya menunjukkan bahwa kalian adalah pasangan baru. Ada sedikit perih dihatiku, tidak luka, tetapi sakit kurasa. Aku berusaha bersikap sewajarnya, walau sedikit gusar yang ku rasa.

Akhirnya kamu dengan dia yang baru, dan aku masih dengan kenangan kemarin. Mereka yang mengenalku berusaha menjadi pendengar yang baik, penasehat yang baik, bahkan sampai menyuruhku melupakan kisah kemarin. Aku bukan tidak mau mencoba nya, sebelum mereka mulai memberi nasehat-nasehat yang katanya mampu membuat seseorang melupakan mantannya, aku lebih dulu melakukan itu. Tetapi hasilnya membuat ku semakin sakit dan sulit untuk melupakanmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun