Mohon tunggu...
Endah Kurnia
Endah Kurnia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Awas Pesan Berantai Provokatif, Kaitkan Kehancuran Andalusia dan Indonesia

15 Juli 2018   18:28 Diperbarui: 15 Juli 2018   18:36 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa tahun terakhir, momen kontestasi politik di Indonesia selalu mengkhawatirkan banyak pihak. Bahaya perpecahan dan polarisasi semakin menguat karena adanya politisasi agama.

Hal tersebut tak terlepas dari cara berpolitik sebagian pihak yang kerap mengeksploitasi agama demi kepentingan politik. Mereka memainkan sentimen agama untuk mempengaruhi pilihan politik masyarakat, yang parahnya selalu dikait-kaitkan dengan polarisasi Muslim vs Kafir.

Sebagaimana yang terjadi belakangan ini, begitu banyak beredar pesan berantai yang berisi ajakan untuk menghindari kehancuran suatu negeri, sebagaimana yang terjadi di Andalusia. Pesan berantai berjudul "Menengok Sejarah Hancurnya Andalusia" itu berusaha mengaitkan keruntuhan kerajaan tersebut dengan situasi politik di Indonesia kini.

Menurut mereka, bila kita salah memilih pemimpin pada Pemilu 2019 nanti maka akan sama dengan mengantarkan Indonesia seperti pada Andalusia ratusan tahun lalu.

Padahal, konteks diantara dua perbandingan itu sangat berbeda. Indonesia bukan Andalusia, dan Indonesia bukan sebuah kerajaan Islam sebagaimana Andalusia. Republik Indonesia adalah negara demokrasi yang berbeda dengan kerajaan di Spanyol itu.

Kehancuran Andalusia karena gaya hidup yang mewah para pemimpinnya, serta tidak adanya ideologi pemersatu sebagai Pancasila di Indonesia. Andalusia justru menjadi contoh buruk bagi sistem khilafah, karena terbukti runtuh meski telah menerapkan sistem politik tersebut.

Adanya pesan berantai seperti di atas memiliki tujuan dan muatan politis yang tinggi dengan mengeksploitasi sentimen agama melalui beberapa ayat terkait pemimpin yang harus umat Islam. Padahal, negeri ini dibangun atas dasar kesepakatan bersama banyak pihak dan golongan, sehingga harus memperhatikan keberagaman yang ada.

Adanya pesan berantai itu sangat berbahaya, karena berpotensi bisa memperuncing polarisasi politik atas nama sentimen agama. Itu sungguh tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Kita harus berani menangkal dan menyangkal adanya pesan berantai seperti di atas. Karena keutuhan bangsa dan negara ini sungguh lebih utana dibandingkan kemenangan pada Pilkada atau Pemilu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun