Mohon tunggu...
Endah Kurnia
Endah Kurnia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Mari Stop Sebutan Cebong dan Kampret

9 Juli 2018   12:25 Diperbarui: 9 Juli 2018   12:24 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak Pemilu 2014 lalu, masyarakat kita seolah terbelah menjadi dua, yakni antara pendukung Jokowi dan Prabowo. Polarisasi ini pun berlanjut pasca Pemilu bahkan hingga kini.

Akibat dari polarisasi tersebut, terdapat sebutan yang kurang baik diantara para pendukung kedua kubu. "Cebong" menjadi sebutan pendukung pemerintah, dan "kampret" atau "bani serbet" adalah sebutan untuk pendukung oposisi.

Sebutan itu sangat masif di media sosial, sehingga menjadi olok-olokan. Menanggapi situasi demikian, beberapa tokoh mulai menghimbau untuk menghentikannya, diantaranya adalah KH. Abdullah Gymnastiar (Aa' Gym) dan TGB Zainul Majdi.

Aa Gym mengajak masyarakat untuk menghentikan panggilan seperti itu. Jadi diantara masyarakat jangan ada lagi panggilan dengan gelaran yang buruk seperti itu.

Senada dengan itu, TGB pun memberikan himbauan yang sama. Ia tak ingin ada lagi panggilan kecebong dan kampret di tengah masyarakat.

Dia meminta masyarakat saling menghargai satu sama lain. Menurutnya, panggilan seperti itu harus dihilangkan dari ruang publik.

Ketum Ormas pendukung Jokowi Projo, Budi Arie Setiadi pun menyetujui himbauan dari tokoh di atas. Menurutnya, politik di Indonesia harus menampilkan wajah kemanusiaan.

Sangat tidak bijak bila dalam politik ada  sebutan satu kelompok dengan nama-nama hewan yang menjijikkan. Itu merendahkan derajat kemanusiaan.

Sebagaimana yang kita tahu, kelompok seperti PA 212 dan Amien Rais beserta pendukungnya kerap menggunakan kata 'Cebong' untuk menyerang pemerintahan Presiden Jokowi dan pendukungnya. Mereka seharusnya sadar tindakannya itu merendahkan kemanusiaan, apalagi digunakan dalam konteks politik.

Kita sendiri harus mawas diri dan mulai menempatkan kembali politik sebagai usaha mewujudkan kemanusiaan dengan meninggalkan sebutan di atas. Mari kita dorong realitas politik saat ini menjadi lebih bermartabat dan menghargai perbedaan pilihan.

Dengan begitu, bangsa Indonesia akan lebih dewasa dan bermartabat serta menghargai kemanusiaan dengan setinggi-tingginya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun