Mohon tunggu...
Endah KaniaDewi
Endah KaniaDewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - namanya juga manusia

pengen kaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Telepon Genggam vs Literasi di SMPN 1 Pasawahan

22 September 2021   21:25 Diperbarui: 22 September 2021   21:53 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam 2 tahun ke belakang, sekolah SMPN 1 Pasawahan mengadakan kegiatan  Literasi atau membaca buku, entah itu buku pelajaran, dongeng ataupun novel sebelum memasuki kegiatan belajar mengajar. Waktu yang diberikan maksimal 15 menit per-hari untuk membaca buku. Namun setelah pandemi covid-19, semangat membaca para siswa berkurang dan di wajibkan WFH (Work From Home) atau bekerja di rumah serta berkegiatan di rumah saja oleh pemerintah. Jadi, siswa kurang terkontrol dalam kegitan membaca apalagi sekolahnya melalui online class atau tatap maya melalui handphone di WhatApp Group. Berdasarkan studi kasus di sekolah ternyata dalam kegiatan belajar di rumah, jika pembelajaran dirumah dibandingkan dengan bermain handphone. Ternyata lebih banyak anak bermain hp.  Ada beberapa faktor akibat kurangnya semangat membaca siswa. Hal ini tentu saja disebabkan oleh salah satunya adalah penggunaan Handphone yang marak saat ini.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Telepon genggam atau telepon seluler (disingkat ponsel) atau handphone (disingkat HP) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, tetapi dapat dibawa ke mana-mana (bahasa Inggris: portable atau mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (komunikasi nirkabel, bahasa Inggris: wireless communication). Penggunaan  alat komunikasi khususnya telepon seluler,  ternyata sedikit banyak menghambat tantangan literasi. Mereka “senang” menggunakan telepon genggam sebagai media sosial, sehingga mereka sanggup menghabiskan waktu berjam-jam untuk chatting ataupun bermain game. Bahkan telepon genggam lebih menarik dibandingkan buku. Dengan demikian,waktu mereka membaca buku terbatas atau bahkan terlupakan. Dahsyatnya penggunaan telepon genggam  sejatinya untuk menambah ilmu pengetahuan atau menemukaan informasi yang bermanfaat melalui internet, namun saat ini sudah beralih fungsi sebagai jejaring sosial atau bahkan hanya sekadar bermain game saja.

Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, Tentunya para guru yang juga mengalami hambatan seperti ini harus putar otak untuk mampu membangkitkan semangat membaca para siswa di sekolah.Hal-hal yang dapat dilakukan untuk membangkitkan semangat membaca buku peserta didik khususnya para pelajar di SMPN 1 Pasawahan, sebagai berikut.

Pertama, harus ada kemauan yang kuat dari pelajar untuk membaca dengan penuh kepercayaan diri (selfconfidence).

Kedua, memfungsikan perpustakaan sebagai tempat menyenangkan untuk membaca dan memilih buku yang akan dibaca.

Ketiga, dukungan dari berbagai pihak yakni stake holder sekolah, orangtua, dan teman-teman yang selalu mengingatkan dan mensupport pelajar tersebut.

Keempat, memberikan reward bagi siswa yang sudah menamatkan buku dan mempresentasikan buku di depan teman-temannya.

Kelima, membatasi penggunaan telepon genggam. Telepon genggam hanya digunakan untuk hal-hal penting saja, tidak untuk chatting yang hanya sekadar bergosip atau bermain game.

Demikian beberapa hal yang dapat dilakukan agar Gerakan Literasi Sekolah dapat terselesaikan dengan baik.

Salam, Semangat Literasi.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun