Mohon tunggu...
Encon Rahman
Encon Rahman Mohon Tunggu... Guru - Encon Rahman Guru penerima penghargaan internasional dari PMCA Thailand 2017. Narasumber berbagai pelatihan di tingkat nasional.

Encon Rahman narasumber dan trainer.. Pengawas sekolah dinas pendidikan Kabupaten Majalengka.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

(24) Pengalaman Bisa Mudik dari Honor Artikel

21 April 2022   03:31 Diperbarui: 21 April 2022   03:37 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mudik merupakan ritual budaya urban. Itulah sebabnya setiap pejuang urban, mudik adalah kemenangan. Mudik adalah status sosial. mudik adalah gengsi. Mudik adalah identitas. Karena mudik merupakan puncaknya budaya urban, maka mudik akan menjadi oase di negeri ini. Mudik sampai kapanpun tidak akan mati. Terlepas  Covid-19 sekalipun. Mudik akan terus mengalir, sebagaimana air mengalir dari talang.  Mudik adalah reputasi diri di tengah bulan suci. Mudik adalah keniscayaan. Mudik adalah kegembiraan.

Tertatih di Belantara Kota

Berbicara mudik, saya jadi teringat beberapa tahun silam. Sejak lulus Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Majalengka tahun 1991, status saya menjadi urban. Saya merantau ke kota kembang, Bandung.  Di kota Bandung saya berjuang  menjemput rejeki. Awalnya saya tidak berani merantau ke kota Bandung. Namun, ayah saya pernah berbicara "Kamu laki-laki, sebagai laki-laki tidak boleh diam di rumah. Ayo bergerak dan belajar mandiri!" kalimat tersebut masih terngiang hingga sakarang.

Dengan bekal seadanya, saya berangkat ke kota Bandung. Setibanya di Bandung, saya merasa asing. Bukan saja karena bangunan pencakar langit yang serba megah, tetapi hiruk pikuk kota Bandung yang penuh pesona. Berjalan tertatih di kota Bandung, merupakan awal saya menyelusuri kota ini. Bagi saya kota Bandung adalah kota perjuangan. Kota tempat saya mengadu nasib. Di kota ini saya mempertahankan eksistensi harga diri saya sebagai laki-laki. 

Menyelusuri kota Bandung, ibarat menyelusuri hutan belantara. Bagi saya sangat asing. Kadang menakutkan. Namun demikian, saya harus tegak berdiri, menyongsong masa depan tanpa rendah diri apalagi mati suri. Hari-hari saya lalui dengan penuh perhitungan. Sebagai urban saya sangat hati-hati. Terlebih masalah penghasilan. Penghasilan saya sebagai kuli tidak cukup untuk makan sebulan sekali. Itulah sebabnya, saya mencoba bertahan dengan cara serabutan. Mencari penghasilan lain. Tanpa harus melacurkan diri.

Menapak diri di kota Bandung, pelan tapi pasti mendorong saya menjadi manusia tegar. Di kota ini saya terus berbenah diri. Mencari solusi disaat kondisi kadang terasa sepi. Di kota ini selanjutnya saya  menimba ilmu. Dengan tertatih-tatih saya terus berjuang  agar kuliah saya selesai.  

Catatan Akhir

Waktu terus belalu. Bertahun-tahun saya menjadi warga urban di kota Bandung. Pada suatu senja saya memiliki kerinduan ingin mudik ke Majalengka. Namun, kondisi keuangan saya tidak bersahabat. Boro-boro untuk ongkos mudik, untuk ongkos angkot pun terasa sesak. "Apa yang harus saya lakukan?" tanya saya dalam hati. Sesaat kemudian saya memiliki inspirasi. Ya, inspirasi menulis artikel tentang mudik. Setibanya di tempat kos, saya pun langsung menuangkan gagasan tersebut. Setelah beres selanjutnya saya kirim artikel itu ke Harian umum Bandung Pos. Bandung Pos merupakan surat kabar yang hadir di kota Bandung. Kini surat kabar itu sudah wafat. 

Singkat cerita, satu hari kemudian artikel saya dimuat di surat kabar tersebut. Wah, senangnya bukan main. Esoknya, saya pun datang ke redaksi untuk mengambil honorarium. Honor artikel saya sebesar Rp 250.000,00. Padahal ongkos Bandung-Majalengka pada saat itu dengan menggunakan mikro (angkutan umum) hanya Rp 20.000,00.

Alhamdulillah, dari honor artikel akhirnya saya bisa mudik ke Majalengka. Lebaran bersama orang tua saya di kampung. Dari kisah nyata ini maka dapat disimpulkan,  bahwa menulis artikel ke media cetak sangat menguntungkan. 

Majalengka, 21 April 2022

Tulisan ke-23 dari 1000 tulisan yang akan disajikan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun