Mohon tunggu...
SURAT TERBUKA
SURAT TERBUKA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pingin Masuk Syurga Bi Ghoiri Hisab

Mencari Doa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gubernur NTB Maestro Jenama Buah Cinta (1)

4 November 2015   02:26 Diperbarui: 10 November 2015   04:46 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ahmad Fawwaz Muyassar"][/caption]“Sebuah Nama, Sebuah Cerita”. Pernah mendengarnya?

Mau pernah, atau tidak bukan soal ujian nasional, tapi penting dijawab, tak penting di diskusikan, karena hanya akan menghabiskan waktu, “Jangan Anda terlalu banyak diskusi ya, nanti waktu Anda habis untuk diskusi,” kata Ali BD yang selalu terngiang di Benak ini (Bupati Lombok Timur)[caption caption="Ahmad Fawwaz Muyassar"][/caption]

“Sebuah Nama Sebuah Cerita” mencerminkan betapa pentingnya sebuah nama. Karena pentingnya, mutiara kata diatas diabadikan dalam album kelima sekaligus terakhir karya Peterpen yang dirilis pada tahun 2008. Katanya sih, sebagai rancangan untuk mengganti nama. Artinya, arti sebuah nama ternyata sangat penting.

Diposisi yang sama nama anak adalah bagian terpenting dalam perjalanan hidup keluarga. Tanpa nama, mau memanggilkan apa?. Panggil saja Bayi?,Bebeak, Anak Loq mene?, Anak Loq meno? (dalam bahasa Lombok). Bisa dibatayangkan, bagaimana lelahnya mengetahui siapa maksudnya, jika memanggil atau menyebut dengan nama-nama yang membingungkan diatas. Sangat melelahkan bukan?.

Menulis lelah, teringat bagaimana lelahnya berjuang bisa bertemu Gubernur NTB untuk Audensi sebuah buku (of the record), sekitar tahun 2011, Saya kembali berjuang tahun 2013, berulangkali, tapi gagal, akhirnya putus asa.

Usaha untuk bertemu Gubernur ini, saya lakukan diantaranya dengan cara langsung datang ke Kantornya, Pendopo, Rumah Pribadinya, bahkan melalui cara menghubungi orang-orang terdekatnya, salah satu yang infonya dekat (banget) dengannya, yaitu yang terhormat Doktor Insinyur Haji Rosyadi Sayuti Magister Sains. Tapi semuanya gagal, Entah kapan. Semoga “Gara-Gara Kompasiana?”. Kini file rencana itu hilang, karena Komputer & Hardisknya saya lelang untuk bertahan hidup.

Bercerita “lelah” mungkin pembaca juga lelah, mencari titik temu atau maksud dari tulisan ini, tapi tidak apa-apa kan? Agar Minat Baca Masyarakat NTB yang dipimpin Gubernur ini, terbiasa membaca, membaca, dan membaca. Baiklah saya mulai ke intinya dan semoga bermanfaat.

Gubernur NTB, Tuan Guru Bajang Kyai Haji Doktor Muhammad Zainul Majdi, MA, belum pernah melihat puluhan, ratusan, bahkan mungkin sampai ribuan bayi-bayi misterius ini. Saya sebut maestro karena ternyata menurut pengakuan orang tua dari buah hati keluarga terkait, Alhamdulillah berubah kehidupannya, atau minimal berbeda dari putra/putrinya yang lain.

“Sebuah Nama, Sebuah Cerita”, itulah diantara asbab perubahan keluarga dari generasi itu. Dibalik sebuah nama, ada makulat yang tersirat, Dibalik sebuah nama banyak Adicita dan harapan, diantara sebuah nama sejarah terprasasti, dalam nama banyak rahasia, maha besar Allah yang menciptakan menejemen pemberian nama.

Nama dari bayi-bayi itu ternyata diberikan oleh Suami tercinta Ibu Ketua Tim Penggerak PKK NTB, Hj. Erica Zainul Majdi. Yang bikin bangga dan bagi saya sangat mengharukan adalah Respon Cepat dan Bagaimana Cara Gubernur NTB dibalik kesibukannya, sebagai ulama’ dan umara’ ; beliau memiliki kesempatan “memberikan nama untuk Generasi-Generasi Indonesia itu”.[caption caption="Ketua TP PKK"]
[/caption]

Mungkin (Dalam Kurung) tidak seharusnya saya menulis ini, karena bisa saja Handphone Gubernur NTB bisa eror dalam satu hari, karena permintaan pemberian nama dari public yang tertarik. Tapi maksudnya bukan itu, bukan untuk menambah tugas dan beban beliau, bukan pula memancing publik terutama yang melahirkan buah hati (Bayi) pasca membaca tulisan ini, kemudian tertarik atau survey menanyakan nama untuk si “Bayi”.

Oleh sebab itu, saya tidak akan menulis cara Gubernur NTB memberikan nama bayi yang tidak pernah di lihatnya, tapi merespon cepat, seolah tanggap darurat untuk memberikannya nama. Karena kehawatiran tadi, (Khawatir menambah beban / tugas beliau untuk Negara), sebagai contoh (jadikan saya contoh ya) setelah mengetahui itu, saya semakin mantap untuk mengubah nama saya, tapi bukan dengan bertanya kepada Gubernur NTB, karena sisi lainnya saya juga bukan Bayi, dan belum bisa bertemu Gubernur ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun