Mohon tunggu...
Emut Lebak
Emut Lebak Mohon Tunggu... Guru - Guru, Bloger, aktif di komunitas menulis

Hoby menulis travelling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nyanyian Si Anak Surga

24 September 2022   06:39 Diperbarui: 24 September 2022   06:45 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia dilahirkan sekitar 2017 lalu, hampir berbarengan dengan key anakku hanya berbeda beberapa bulan saja. Anaknya mulai masuk sekolah Pendidikan Taman Kanak-kanak, Ia masuk disalah satu TK, sedangkan key anakku masuk di Raudhatul Atfal, masih satu jenjang bedanya RA lebih memfokuskan anak untuk hafalan surat surat pendek. 

Siang itu ibu dari Nania datang hanya sekedar ingin mencurahkan isi hatinya, Nania anaknya sering menangis karena lelucon teman TKnya, sekilas aku kok aneh yaa, kenapa bisa anak seumur 5 tahun bisa body shaming kepada teman seusianya. Nania sesekali diantar neneknya ke sekolah kadang ibunya jika tidak ada jam ngajar di sekolah , begitu ibunya bercerita. 

 Setiap malam sebelum tidur Nania cerita bagaimana teman-temannya mentertawakan ketika Nania salah memakai seragam, atau ketika Nania mau mainan dan enggak dikasih sama teman temannya. Ibu Nania masih memaklumi usia anak dini masih belum ngerti apapun, jadi dia masih menanggapinya dengan santai. 

" Say, Naina anaknya aktif yaa, aku melontarkan pertanyaan tentang sifat anaknya. " 

"Dia bukan hanya aktif tapi enggak bisa diam, beberapa kali dia keluar kelas ketika temannya lagi belajar, atau dia duduk diatas meja ketika temannya duduk manis diatas kursi. Nania paling malas kalau sudah disuruh menulis sampe satu lembar buku, dia akan memilih keluar kelas dan main serodotan beda lagi kalau suruh menggambar dan mewarnai dia anteng. Kata Echa ibunya Nania." 

"Wey... saya aja yang udah jadi Emak enggak mau suruh nulis ampe selembar buku gitu apalagi anak seusia Nania,  kataku sambil nyengir kuda. " 

  "Iya, aku juga ogah jawab Echa sambil ketawa."

 "Saya sedih loh, gurunya Nania kemarin memanggil saya ke kantor, katanya Nania tidak cocok sekolah  di TK..... katanya Nania harusnya masuk SLB karena ia anak autis. Echa menitikan air mata sambil terus berkata, coba perhatikan anakku apa iya autis?" 

 Aku menoleh pada Nania yang lagi sibuk bermain dengan Key, ku tatap mukanya gerak geriknya lalu aku ajak dia komunikasi, dia menjawab dan merespon dengan baik. "Nania tidak autis say..... Maaf, sepertinya Nania super active. " 

" Ia, jawab Echa, dia super banget anaknya enggak bisa diam lihat hal hal baru dia penasaran dan tidak akan tinggal diam ingin mencobanya. " 

"Tapi ini kan ini normal dan masih bisa diarahkan looh cha, timpalku. Kita ibunya harus ekstra sabar. Jangan mudah terpancing omongan orang cha, yang tau gerak tumbuh anak ya kita sebagai ibunya."  

Echa menjawab sambil terisak, "tapi Gurunya Nania bilang kalo Nania itu autis, katanya Nania enggak cocok sekolah disini." Aku tersenyum getir mendengarkan kisah Echa. "Maaf ya Cha bukan aku menggurui loh, setau aku ciri anak autis itu salah satunya gangguan komunikasi, seperti sulit berbicara, menulis, atau ketika berbicara ngomongnya akan terus diulang ulang. Nania tadi aku ajak ngobrol dia masih merespon loh, terus ciri lainnya anak autis itu sulit bersosialisasi. Dia sibuk dengan dunianya sendiri, susah untuk berteman, susah untuk berbagi mainan dengan temannya. Tuuh lihat Nania baik baik saja loh main sama Key. " 

 "Makasih yaa Cintah udah mau mendengar keluh kesahku kata Echa sebelum pulang, " dia memanggilku dengan panggilan sayangnya Cintah. 

Tidak ada yang salah dengan Echa yang emosi ketika anaknya yang sehat disebut autis oleh seorang pendidik, saya pun jika menyangkut masalah anak akan terusik bahkan akan bar bar jika mempertahankan harga diri anak, bagiku orang boleh menghina mencaci aku, tapi mereka tidak boleh menyentuh anak anakku. 

Aku penasaran dengan ciri-ciri anak autis, aku mulai searching tentang autis, masih belum puas ku telpon sahabatku yang kebetulan anaknya berkebutuhan khusus, si anak surga aku menyebutnya. 

Dia cerita ciri anaknya yang autis sudah terdeteksi dari usia 2 tahun, bahkan ketika usia 4 sampe 7 tahun anaknya belum lancar berbicara sampe harus terapi bicara. Anak sahabatku meski autis dia cerdas menghitung perkalian pengurangannya cepat tanpa berpikir panjang, dan jawabannya betul. Dia juga pintar melukis dan IT. 

Bagaimana pun keadaannya anak tetaplah menjadi kebanggaan bagi orang tua, menjadi pelipur lara dan penyemangat kerja. Sejuta cinta untuk anak anakku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun