Upaya rekonsiliasi antara kedua kubu Golkar yang berseteru menumbuhkan harapan baru. Beberapa sesepuh Gokar telah turun gunung untuk menyatukan kedua belah pihak dengan kerja keras dan susah payah. Mereka mengingat bahwa Golkar pernah menjadi partai terbesar di Indonesia, karena iu penyelamatan Golkar menjadi prioritas utama. Para sesepuh Golkar tidak ingin partai ini menjadi hancur lebur dan tinggal kenangan belaka.
Hal ini bisa dilihat dari diselenggarakannya Silatnas (silaturahmi nasional) di kantor DPP Golkar Minggu ini (1 November 2015) di Jakarta. Kalau semula kubu Ical menolak usulan munaslub dari kubu Agung Laksono, perhelatan silaturahmi ini justru disambut oleh kedua pihak. Mereka masih mendengar dan mempertimbangkan nasihat dari para sesepuh. Tak kurang dari Wapres Jusuf Kalla, BJ Habibie, Akbar Tanjung yang terus mendorong upaya rekonsiliasi.
Di sini, sesepuh jelas tidak memihak ke salah satu kubu. Mereka mengingatkan kepada pimpinan dari dua kubu betapa pentingnya menyelamatkan partai ini di masa depan. Apalagi di dalamnya terdapat jutaan kader yang masih setia pada partai berlambang pohon beringin ini. Baik Ical maupun Agung tak boleh egois. Kalau mereka benar-benar demokratis, maka mereka harus memikirkan nasib kader-kader Golkar.
Dari sisi politik ini adalah langkah strategis untuk:
1. Menghadapi pilkada 9 Desember 2015. Boleh dikatakan pilkada tinggal hitungan hari. Jika kedua kubu tidak ada yang mau mengalah, masih saja bersiteru, tentu akan memengaruhi upaya untuk memenangkan pilkada. Salah satu dampak buruknya adalah bahwa kandidat dari satu kubu bisa dijatuhkan oleh kubu lain. Akibatnya tentu perolehan suara menjadi tidak maksimal. Mereka akan dengan mudah dikalahkan oleh kandidat dari partai lain.
2. Jika Golkar bersatu lagi, maka langkah ke depan yang lebih baik adalah menajdi partai penyeimbang seperti Demokrat. Sehingga partai ini bisa menjadi mitra pemerintah, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk memberikan kritik dan masukan yang membangun/berguna. Dengan begitu, Golkar bisa menarik simpati masyarakat. Hal ini penting untuk meraih kembali kepercayaan masyarakat terhadap partai peninggalan Orba ini.
3. Penyatuan Golkar memberikan pondasi yang cukup untuk menyusun langkah menghadapi pilpres dan pileg 2019. Bagaimanapun partai ini tetap ingin mengembalikan kejayaannya seperti masa lalu. Butuh waktu yang lama untuk menguatkan grass root yang nyaris tercabik-cabik akibat perseteruan dua kubu.
Silatnas masih berlangsung. Kita berharap mereka bisa mengambil langkah terbaik, demi para kader dan demi eksistensi mereka di masa mendatang. Disini para pemimpin Golkar diuji sikap kenegarawanannya. Apakah mereka mampu menyingkirkan ego masing- masing demi kemashalatan bersama.