Setelah puluhan purnama tidak menginjakkan kaki di kawasan Blok M, ternyata ada perubahan yang signifikan. Terutama toko buku terkenal paling legendaris, Gramedia Blok M yang telah mengubah penjenamaan menjadi Gramedia Jalma.
Sebagaimana diketahui, kawasan Blok M nyaris menjadi kota mati dalam lima tahun terakhir. Tak ada lagi keramaian di Blok M yang ditinggalkan para penghuninya. Pedagang yang bertahan hanya di bagian naik turun tangga ke terminal. Bahkan mal Pasaraya telah sekarat, begitu pula pedagang kaki lima di sekitarnya.Â
Kehidupan masih tampak di depan Blok M Square, yang sering menggelar event kuliner dengan berbagai cara sehingga ada pengunjung yang berdatangan. Apalagi mal ini lebih dekat ke stasiun MRT dan taman literasi Martha Tiahahu di mana gen Z senang berkumpul.Â
Gramedia
Toko buku Gramedia menolak mati, sebaliknya berusaha beradaptasi dengan perkembangan zaman. Manajemen Gramedia sadar bahwa mereka harus melakukan inovasi untuk menarik kembali pengunjung, menyasar pada gaya hidup gen Z. Maka, dirombaklah gedung Gramedia, tidak lagi bergaya konservatif tapi memberikan suasana cozy.
Pada sisi depan (di belakang Pasaraya) terdapat sebuah kafe untuk bersantai sambil ngopi. Namun nama gedung terbaca sebagai Gramedia Jalma. Apa maksud dari nama ini? Semula saya mengira Jalma adalah singkatan dari Jalan Melawai.Â
Tidak salah juga perkiraan tersebut, tapi nama ini terinspirasi dari bahasa Jawa dan Sunda. Jalma berarti manusia. Mungkin dimaksudkan Gramedia Jalma sebagai tempat berkumpulnya manusia yang senang membaca buku, orang-orang pintar yang selalu haus untuk menambah ilmu pengetahuan.Â
Tempat ini dirancang sebagai "third space", setelah rumah dan kantor. Di sini kita bisa bersantai, berkoneksi, dan berekspresi. Mau datang sendiri bisa, janjian dengan orang lain bisa, apalagi dengan keluarga bisa banget.Â
Nah, setelah masuk ke dalam gedung, kita akan langsung melihat perubahan yang dilakukan. Pertama, penataan dan susunan buku yang estetik. Rak-rak buku tidak hanya disusun sejajar seperti dulu. Ada yang justru disusun membelah ruangan seperti sebuah gang, meskipun di setiap dinding tetap ada rak buku yang menempel.Â