Mendikdasmen Abdul Mu'ti mengeluarkan pernyataan kontradiktif dengan perintah Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi soal wisuda. Menurut Abdul Mu'ti, wisuda diperbolehkan sepanjang tidak memberatkan dan atas persetujuan orang tua  murid. Yang penting wisuda jangan berlebihan dan tidak dipaksakan.Â
Abdul Mu'ti menilai hal itu sebagai tanda gembira dan juga mengakrabkan orang tua dengan sekolah. Karena bisa jadi ada orang tua yang tidak pernah datang ke sekolah. Mereka hanya punya kesempatan saat wisuda sekolah.
Agaknya mendikdasmen perlu membumi, menjadi rakyat jelata yang sesungguhnya. Karena dengan itu dia akan tahu bagaimana susahnya kehidupan rakyat kecil. Pada masa perekonomian yang semakin sulit ini, jangankan untuk biaya wisuda, untuk makan sehari-hari saja harus kembang kempis.Â
Begitu pula potret pejabat-pejabat lainnya, seperti tidak memiliki empati dan menganggap remeh masalah ini. Misalnya pejabat BPS yang mengatakan bahwa kalau punya uang Rp.20.000 untuk makan sehari-hari, tidak dikategorikan miskin. Hey, bagaimana dengan makan kalian yang dibayar oleh rakyat?
Tentu kalian tidak ketinggalan berita tentang ekonomi dunia yang gonjang-ganjing akibat perang dagang negara-negara adidaya. Harga-harga melonjak drastis. Lauk rakyat seperti tempe saja mengalami kenaikan harga karena masih impor dari luar negeri.Â
Wisuda Menjadi BebanÂ
Kalau wisuda diperbolehkan, maka sekolah akan mencari alasan untuk menyelenggarakan nya. Komite sekolah yang didominasi oleh orang tua kaya dan pemilik yayasan akan mengeluarkan keputusan untuk mengadakan wisuda. Tahu tidak, kalau sudah ditentukan biayanya, maka pasti menjadi beban orang tua murid lainnya.Â
Tetangga sebelah saya, profesinya hanya penjaga palang pintu kereta di Citayam. Penghasilan hanya didapatkan dari orang-orang yang bermurah hati memberikan recehan ke dalam ember yang disodorkan. Penghasilan itu masih dibagi lagi dengan beberapa orang karena mereka menjaga secara bergantian.Â
Anak perempuannya sebentar lagi lulus Sekolah Dasar. Untunglah anak ini cerdas, dan diperkirakan bisa masuk SMP negeri terdekat di area Citayam. Tetapi mereka harus menanggung biaya perpisahan dan wisuda yang ditetapkan SD. Maka pontang-pantinglah orang tuanya mencari tambahan. Kadang baru pulang setelah larut malam.Â
Karena kerja terlalu diforsir, akhirnya mengganggu kesehatan. Dia jatuh sakit karena kelelahan. Tetangga saya, kemudian dirawat di RSUD Cibinong selama dua Minggu. Untung masih tercover BPJS.Â