Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Lucunya Pendukung Taliban di Indonesia

24 Agustus 2021   13:33 Diperbarui: 24 Agustus 2021   14:21 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuitan Fadli Zon di Twitter (dok ss.twitter.fadlizon)

Sebagian masyarakat Indonesia menjadi pendukung Taliban. Mereka adalah para pengusung negara khilafah, yang didengungkan oleh oposisi yang tidak menyukai pemerintah.

Pendukung Taliban ini terdiri dari organisasi teroris, partai politik yang berusaha merebut kekuasaan dan para oportunis. Mereka bersatu padu menyerang pemerintah. Lucunya setiap momentum di Timur Tengah menjadi acuan mereka untuk bergerak.

Padahal, kondisi Indonesia jelas sangat berbeda dengan Afghanistan. Baik secara karakter kebangsaan maupun secara geografis. Satu-satunya yang mengandung persamaan hanyalah penduduk yang mayoritas beragama Islam. Tetapi Indonesia bukan negara Islam seperti Afghanistan.

Kemenangan Taliban di Afghanistan disambut gegap-gempita oleh para pendukung Taliban ini. Mereka bahkan berani mendesak pemerintah untuk mengakui kepemimpinan Taliban.

Ironinya, ada beberapa hal yang kontradiktif dari sikap dan pandangan pendukung Taliban di Indonesia. Ini membuktikan bahwa mereka tidak sungguh-sungguh mencintai Taliban, tapi menjadikan alasan untuk menyerang pemerintah.

Kelucuannya berikut ini:

1. Hubungan dengan Cina. Taliban menjalin kerjasama dengan pemerintah Cina. Mereka mempersilakan Cina untuk berinvestasi, mengambil peran dalam membangun perekonomian di Afghanistan.

Sedangkan para pendukung Taliban di Indonesia, sangat membenci Cina. Mereka selalu menyerang pemerintah jika ada "bau Cina" dalam bisnis apapun antara Indonesia dan Cina. Bahkan menciptakan berita-berita hoaks tentang hal ini.

Para pengusung khilafah ini menutup mata bahwa pemimpin dan negara yang dipuja berhubungan erat dengan Cina. Misalnya, memuja Erdogan, presiden Turki. Faktanya, pemerintah Turki mengundang Cina untuk berinvestasi di Turki. Bahkan diberi wilayah khusus di suatu provinsi.

2. Pendukung Taliban menginginkan negara Islam. Mereka lupa bahwa pemerintahan yang dipimpin oleh Ashraf Ghani juga Islam. Kalau mereka mencela pemerintahan sebelum dipegang Taliban, berarti juga mengingkari bahwa mereka sama-sama muslim.

Di Afghanistan hanya ada dua kelompok yang selalu berhadapan yaitu Mujahidin dan Taliban. Keduanya tidak membuat rakyat Afghanistan tentram dan damai.

3. Mendorong pemerintahan berdasarkan syariat Islam. Hal ini sangat menggelikan. Turki yang mereka puja juga bukan negara yang berdasarkan syariat Islam. Di Turki, kehidupan bebas seperti Eropa Barat.

Kebanyakan negara-negara yang memaksakan hukum syariat Islam justru sulit untuk maju. Karena rerata memiliki pemikiran yang sempit, pandangan mereka berdasarkan kacamata kuda.

4. Penduduk Afghanistan tidak terdiri dari banyak suku dan agama. Sedangkan di Indonesia, terdapat ratusan suku bangsa dengan adat istiadat masingmasing. Tidak mungkin mengingkari keberadaan mereka, karena itu para pendiri bangsa mempersatukan dalam NKRI 

Wilayah Afghanistan juga tidak seluas wilayah Indonesia. Perlu dicamkan, Indonesia adalah negara kepulauan yang luasnya melebihi Amerika Serikat. Tidak bisa disamakan dengan Afghanistan.

Jadi, untuk pendukung Taliban, cobalah untuk berpikir waras. Jangan karena ada syahwat kekuasaan, membantu menyuburkan kelompok ekstrimis sehingga merusak persatuan dan kesatuan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun