Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Apakah Akan Ada "Malala" Baru di Afghanistan?

20 Agustus 2021   13:55 Diperbarui: 20 Agustus 2021   23:57 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malala Yousafzai (dok.tribunnews.com)

Salah satu hal yang dikuatirkan dari pemerintahan Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan adalah nasib kaum perempuan. 20 tahun lalu, perempuan sangat tertindas di bawah pemerintahan Taliban. Malala Yousafzai, saksi hidup yang telah mengalami bagaimana kejamnya mereka.

Malala Yousafzai memang tidak berada di Afghanistan. Ia berasal dari Pakistan yang saat itu juga dikuasai Taliban. Ia mendapat tembakan di kepala pada Oktober tahun 2012 karena ingin bersekolah. Dalam peraturan Taliban, perempuan tidak boleh bersekolah.

Akibat tembakan tersebut, Malala menjalani perawatan selama tiga bulan di rumah sakit Queen Elizabeth, Birmingham, Inggris. Setelah berhasil diselamatkan dengan operasi, Malala Yousafzai menjadi duta PBB untuk pendidikan anak-anak perempuan. Ia mendapat Nobel perdamaian dan berpidato di depan sidang PBB pada usia 16 tahun.

Anak-anak perempuan yang dahulu hidup dalam kekangan pemerintah Taliban tentu sangat trauma. Karena itu tak heran jika ada kecemasan bahwa nanti terjadi lagi penindasan terhadap perempuan di Afghanistan. 

Begitu pula dengan Malala Yousafzai yang merasa kuatir akan nasib anak-anak perempuan setelah Taliban berkuasa di Afghanistan. Mereka akan kembali ke zaman "batu", mundur ke belakang.

Pemerintah Taliban melalui juru bicaranya, Suhail Shashen menyatakan bahwa mereka akan menghormati hak-hak perempuan. Mereka berjanji akan memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk sekolah setinggi-tingginya. 

Selain itu, perempuan boleh bekerja dan mendapatkan fasilitas. Bahkan nantinya juga akan mendapat andil dalam pemerintahan. Sungguh janji yang sangat manis, yang menimbulkan harapan tinggi.

Namun sayangnya masyarakat Afghanistan menyangsikan janji tersebut. Buktinya mereka tetap berbondong-bondong berusaha melarikan diri dari negara tersebut. Ribuan orang setiap hari memadati bandara Kabul dan perbatasan dengan negara tetangga.

Apakah betul pemerintahan Taliban bisa lebih moderat? Jika mereka masih berpegang pada tatanan masa lalu, sulit untuk dipercaya. Sampai saat ini masyarakat internasional meragukan hal itu.

Tetapi menyimak langkah-langkah pemimpin Taliban menimbulkan teka-teki. Mereka menjalin kerjasama dengan Cina, walaupun belum dipastikan dalam bidang apa. Kemarin pun, pemimpin Taliban melakukan wawancara dengan Israel. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun