"Wah, beruntung sekali dapat tempat yang enak," kataku membuka percakapan.
"Aku datang setelah Ashar, dan duduk di sini sambil membaca buku," jawabnya sambil mengeluarkan sebuah buku kecil dari balik jaket.Â
Setelah itu, ia juga mengeluarkan beberapa potong roti yang telah diisi selai dan keju. Sebotol minuman mineral tak ketinggalan. Aku pun mengeluarkan bekal makanan dari dalam tas.Â
Tak lama kemudian, adzan Maghrib terdengar dari masjid Sultan Ahmet.Â
"Ah, itu dia adzan. Yuk kita berbuka," ajaknya.Â
Kami mengucap doa berbuka puasa bersamaan. Ia menyodorkan rotinya kepadaku.
"Kalau mau makan saja," katanya.
"Makanan ku juga banyak. Ini kalau mau coba," aku balik menawarkan.
Kami makan tanpa banyak bicara. Tapi diam-diam aku sering melirik wajah maskulin itu. Dalam hati bertanya-tanya, kok dia datang sendiri, gak sama teman atau pasangan.
Setelah puas makan dan minum, dia tersenyum.Â
"Terimakasih sudah diajak buka puasa bersama kamu. Sungguh tadi aku bingung, cari teman-teman gak ketemu."