Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pengurus RT yang Menyusahkan Warga

3 Maret 2021   16:56 Diperbarui: 3 Maret 2021   17:19 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi RT (dok. Digdaya mediatama)

Pengurus RT idealnya mengayomi dan membantu warganya. Tetapi tidak semuanya demikian. Sekarang ini justru semakin banyak pengurus RT yang menyalahgunakan kewenangannya untuk tujuan pribadi atau keluarga.

Sebagai contoh adalah pengurus RT di wilayah saya tinggal. Pertama pindah, ternyata Pak RT adalah orang yang tidak bisa membaca dan menulis. Lha, kok bisa jadi Pak RT? Soalnya tidak dipilih secara demokratis. Dia adalah kerabat lurah setempat.

Betapa kentalnya nepotisme di wilayah ini. Kebanyakan RT dan RW masih memiliki hubungan kekerabatan dengan sang lurah. Di sini tidak ada yang berani melawan Pak Lurah yang dikenal sebagai jawara, punya ilmu tidak kasat mata.

Jadi tidak ada yang bisa dilakukan Pak RT karena keterbatasannya. Dia hanya senang menarik iuran. Kalau ada yang baru pindah rumah, buru-buru dia datang minta upeti. Terutama dari si penjual atau penyewa rumah.

Hampir setahun yang lalu tetiba ketua RT diganti. Katanya berdasarkan pemilihan yang dihadiri tokoh setempat. Herannya, tidak ada warga yang diundang. Terpilihlah nama baru, yang tampaknya memiliki pendidikan yang baik.

Namun ternyata saya terlalu berharap pada pepesan kosong. Justru sepak terjang RT baru lebih parah dari ketua RT sebelumnya. Mungkin dia lebih mata duitan atau 'matre'. 

Di saat perekonomian semakin lesu, pemerintah menyalurkan bantuan berupa sembako. Ketua RT baru minta data kepada semua warga. Tetapi beberapa kali bantuan turun, warga hanya mendapat sekali saja, itupun hanya beras yang sudah busuk dan berkutu. Tidak ada seorangpun yang berani menanyakan hal itu.

Kemudian, ketua RT tersebut mengedarkan surat yang isinya warga harus membayar iuran untuk membeli tenda. Lho, tenda buat apa? Orang kampung kalau bikin hajatan tinggal sewa di tempat yang khusus untuk itu.

Warga tentu saja mengeluh karena keadaan mereka sudah susah karena pandemi. Pungutan lain adalah iuran untuk ronda dan mengumpulkan semangkuk beras setiap minggu. Ini sangat memberatkan warga.

Sampai sekarang tidak ada program yang menguntungkan warga. Mereka justru menjadi sapi perah Pak RT. Susah memang kalau punya RT berwatak preman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun