Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maaf, Aku Tak Bisa Kembali

5 Mei 2020   22:02 Diperbarui: 5 Mei 2020   22:01 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dok.noonecare)

Teringat malam-malam yang syahdu ketika kau dan aku menikmati makan sahur di balkon apartemen. Ramadhan yang indah, kita sering menyaksikan bintang gemintang menghiasi langit nan kelam.

Dan malam itu kita berbincang-bincang tentang masa depan.

"Lihat tuh," katamu sambil menunjuk seorang pria di apartemen seberang yang tampak sedang menggendong bayi. Apartemen itu terlihat jelas karena tidak ditutup gorden. 

"Seharusnya dia tutup ruangan berkaca supaya tidak kelihatan. Aktivitas dia jadi bisa ditonton orang lain,"

Aku setuju dengan pendapatmu. Soalnya pria itu tampak konyol dengan hanya mengenakan celana pendek tanpa menutup bagian atas. Padahal dia gemuk dan perutnya buncit. Bayinya digeletakkan di sofa, sedangkan ia ke dapur menenggak minuman dari botol.

Ya,kau memang tak suka jika kehidupan pribadi terlihat oleh orang lain. Apalagi jika suami istri sedang bermesraan, nanti menjadi tontonan gratis.

"Nanti kita pindah, cari apartemen yang lebih baik," kau berkata tegas.

"Oh, ya. Cari yang strategis, dekat dengan stasiun atau halte," kataku. Kau mengangguk sambil tersenyum.

Di distrik ini memang aku kurang nyaman karena agak jauh dari pusat kota Istanbul. Sementara aku senang jalan-jalan ketika dia sedang bekerja. 

Lebaran kita lalui sebagaimana masyarakat yang lain. Tamu-tamu tetangga saling berkunjung. Anak-anak mereka begitu senang mendapat permen dan coklat.

Mendadak aku mendapat berita dari tanah air, aku harus pulang. Kau tampak tidak senang, diam membisu saat makan malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun