Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Belajar dari Media Inggris, Perlindungan Korban Harus Maksimal

7 Januari 2020   23:40 Diperbarui: 7 Januari 2020   23:53 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh media yang memberitakan kasus Reynhard Sinaga (sumber: the guardian)

Sangat menarik mengikuti berita terbaru tentang pemerkosa berantai yang disebut terbesar di dunia. Kasus Reynhard Sinaga menjadi lebih terkenal daripada legenda Jack the Ripper. Media massa seakan berlomba-lomba menyajikan berita paling update tentang predator seks ini.

Namun ada perbedaan yang mencolok mengenai cara penyajian berikut (penulisan berita) antara media Barat (khususnya Media Inggris) dengan media massa di tanah air. Media Inggris tidak mendobrak kaidah yang berlaku dalam dunia jurnalistik.

Apalagi dalam pemberitaan tentang kasus hukum, maka Media Inggris berhati-hati agar tidak melanggar aturan. Mereka sangat'saklek' dalam berita berbasis data dan fakta, bukan hanya sekedar asumsi.

Beberapa hal yang bisa kita teladani dari cara Media Inggris memberitakan kasus Reynhard Sinaga, sbb: 

1. Pengumpulan data dan fakta secara maksimal.  Mungkin banyak orang yang tidak tahu bahwa BBC menunggu pengadilan negeri Inggris mendapatkan bukti-bukti yang cukup kuat selama dua tahun.

Media Inggris cukup sabar untuk tidak memberitakan besar-besaran tentang kasus ini selama penyelidikan masih berlangsung. Aparat yang berwenang membutuhkan waktu untuk melacak semua korban.

Sedangkan Media di Indonesia, baru saja mendapatkan satu atau dua bukti, langsung diviralkan, penulisan lebih banyak opini dari wartawan atau redakturnya. Mereka justru melempar dugaan yang belum pasti sehingga masyarakat bisa mengambil kesimpulan yang salah.

2. Asas praduga tak bersalah. Nama Reynhard Sinaga sama sekali belum dimunculkan oleh media selama masih dapat penyelidikan. Media Inggris baru mengumumkan ketika pengadilan telah menjatuhkan hukuman kepada predator seks ini.

Sementara di Indonesia, sejak awal terjadinya kasus, sudah langsung disebutkan identitasnya secara lengkap. Bahkan sering dikaitkan dengan berbagai hal yang kurang masuk akal.

3. Perlindungan terhadap korban. Coba perhatikan, tak ada Media Inggris yang mencantumkan siapa korban. Sama sekali tidak ada petunjuk tentang itu.

Tidak ada yang memberitahukan apa warna dan model baju korban, bentuk tubuh serta kulit mereka. Sehingga tidak ada orang yang tahu siapa saja yang pernah menjadi mangsa Reynhard Sinaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun