Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

15 Juli, Memori Pahit Kudeta di Turki 3 Tahun Lalu

15 Juli 2019   22:24 Diperbarui: 15 Juli 2019   22:27 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kudeta 15 Juli 2016 di Turki (dok.herseyimsin)

Hari ini, tanggal 15 Juli, tepat tiga tahun yang lalu terjadi peristiwa kudeta berdarah di Turki. Presiden Turki, Erdogan menetapkan hari ini sebagai Hari Demokrasi dan Persatuan Nasional. Peringatan tragedi kudeta dimulai sejak pagi, Erdogan membaca Alquran untuk para korban di Masjid Nasional, Bestepe, Ankara.

Kemudian Erdogan menuju Jembatan Martir di Istanbul dan meresmikan Museum Memori 15 Juli yang dibangun di samping jembatan tersebut. Sebuah museum yang berdiri di sisi Anatolia, akan mengingatkan rakyat Turki pada tragedi kudeta tersebut.

Pembangunan museum dimulai pada tanggal 13 Maret dengan luas 1500 m2, selain itu ada area hijau seluas 15.000 m2, dilengkapi dengan masjid dan cabang dari Pusat Kendali Lalu Lintas Direktorat Jenderal Keamanan Istanbul.

Museum ini akan menyajikan kronologi kejadian pada tanggal 15 Juli 2016. Berbagai memorabilia dari orang orang yang menjadi korban kudeta juga dipajang, mereka adalah pahlawan bagi masyarakat Turki. Sedangkan di ruang bawah tanah, diberikan informasi mengenai kudeta yang terjadi di seluruh dunia.

Sejarah kelam

Upaya kudeta berdarah 15 Juli 2016, telah menjadi sejarah kelam bagi Turki.  Bagaimana tidak, sekitar  251 warga sipil tewas selama upaya kudeta dan ribuan dituduh setelah memiliki hubungan dengan kelompok teroris di belakangnya.  Kelompok Teroris Glenist (FETO) dianggap sebagai biang keladi.

Bagi  orang kebanyakan, terutama kaum muda, yang masih mengingat dengan baik peristiwa berdarah tersebut,  mendefinisikan hari itu sebagai "kiamat negara".  Terutama bagi mereka yang berada dalam situasi hidup dan mati di antara serangan para pemberontak.

"Saya ingat setiap detail hari itu," kata Mehmet, 35 tahun. Ia dan  teman-temannya berada di area Taksim,

Menurut Mehmet, biasanya di Taksim ada beberapa pasukan keamanan, tetapi  hari itu tidak ada. Hal itu  mencurigakan bagi mereka. Mereka mengira keamanan terpanggil oleh suara bom.  Namun,  seorang teman menelepon dan memberi tahu dia bahwa ada upaya kudeta. 

Mehmet sangat terkejut dan  menangis. Ia merasa terguncang bahwa ada kudeta di tanah airnya. Hal itu umumnya  dirasakan  generasi muda di negara ini. Mereka juga saling  mengungkapkan perasaan yang sama ketika mengingat hari yang gelap.

"Ketika saya pertama kali mendengar bahwa ada kudeta, saya terkejut. Tiba-tiba saya merasa sangat tidak berdaya. Dalam sejuta tahun saya tidak akan pernah menduga bahwa hal seperti itu akan terjadi," kata Nesliah yang berusia 25 tahun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun