Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Begini Cara Erdogan Melawan Berita Hoaks Setelah Pilpres Turki 2018

27 Mei 2019   17:04 Diperbarui: 27 Mei 2019   17:22 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erdogan (dok.AKParti)

Produksi berita hoaks yang disebarkan secara masif merupakan senjata oposisi dan pihak pihak yang ingin menjatuhkan pemerintahan yang sah. Cara seperti ini digunakan oleh CIA sejak pertama kali adanya media sosial. CIA membantu Al Sisi menjadi penguasa Mesir dengan menyulut pemberontakan melalui Facebook.

Begitu pula dengan negara negara lain, di mana negara adidaya selalu ingin ikut campur demi kepentingannya. Turki juga tidak luput dari serangan itu. Meski kudeta telah digagalkan, berbagai upaya tetap dijalankan untuk menyerang Presiden Erdogan.

Dalam Pilpres Turki yang dipercepat tahun lalu, Erdogan kembali terpilih sebagai presiden. Tentu saja kubu pihak lawan atau oposisi yang merupakan konspirasi berbagai kepentingan, tidak rela dengan kemenangan itu. Mereka melancarkan serangan melalui berita-berita hoaks.

Sejak kegagalan kudeta, berita berita hoaks membanjir di media sosial. Saking banyaknya, mampu memengaruhi sebagian masyarakat dan mengira bahwa berita berita itu benar, padahal hasil rekayasa dan manipulasi berita dengan menggunakan teknologi canggih.

Karena itu Erdogan kemudian mengambil tindakan tegas terhadap siapa saja yang terindikasi membuat dan menyebarkan berita hoaks. Dalam waktu singkat, aparat keamanan Turki berhasil menyisir para produsen dan penyebaran hoaks tersebut.

Hasilnya lebih dari 1800 orang dipenjarakan karena melontarkan hinaan kepada presiden Erdogan. Orang orang yang ditangkap, termasuk orang yang menghasut dan menyebarkan berita hoaks melalui media sosial seperti twitter, facebook dan WA dan media lainnya.

Kemudian Erdogan juga memblokir media sosial dalam jangka waktu cukup lama, yaitu selama tiga bulan. Dalam hal ini, yang jelas berteriak adalah orang-orang yang membenci Erdogan. Sedangkan para pendukungnya, rerata bisa memakluminya dan mendukung langkah Erdogan.

Tidak hanya itu, Erdogan juga dengan tegas menangkap dan memenjarakan 215 ulama garis keras yang kerap memprovokasi umat untuk melawan pemerintah. Perlu diketahui, salah satu tokoh kudeta yang berlindung di Amerika Serikat, Fethullah Gulen, juga dikenal sebagai ulama.

Tindakan tegas juga diberlakukan kepada media massa yang membantu menyebarkan berita hoaks. Ada sekitar 155 media telah ditutup. selain itu pemerintah juga memblokir lebih dari 100 ribu akun media sosial. Bahkan 155 wartawan telah ditangkap.

Siapa saja yang mendukung  upaya kudeta telah ditindak, termasuk dengan 18.632 pegawai negeri (juga tentara dan polisi). Ini untuk menjamin stabilitas di dalam negeri agar perekonomian bisa pulih dan meningkat. Masyarakat Turki pun hidup lebih tenang.

Nah, kalau di Indonesia yang baru ditangkap tidak seberapa, tapi yang berteriak lebih kencang. Padahal orang-orang semacam itu tidak patut dibiarkan bebas karena mengganggu ketenangan NKRI. Siapa saja yang berupaya merobek NKRI, tidak boleh diberi ampun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun