Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Politik

Orde Baru yang Memaksa Bangkit Kembali

19 Mei 2019   04:00 Diperbarui: 19 Mei 2019   04:07 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Titiek dan Prabowo (dok.jurnalindonrsia)

Semakin tampak jelas bahwa ada upaya ngotot sisa sisa pasukan Orde Baru untuk kembali memasuki lingkaran elite politik. Hal ini ditandai dengan keterlibatan langsung beberapa anggota keluarga Cendana pada pertarungan Pilpres 2019.

Tommy Soeharto didukung saudara saudaranya melalui Partai Berkaya yang berhasil menjadi peserta Pemilu 2019. Tetapi ternyata perolehan suara yang rendah tidak memungkinkan partai ini mengirimkan wakilnya ke Senayan.

Upaya paling ngotot ditunjukkan oleh Titiek Soeharto, mantan istri Prabowo yang ingin mendampingi Capres nomor 02 tersebut jika menang pemilu. Ia ikut mendukung setiap langkah Prabowo dalam pertarungan politik yang ketat ini.

Saking ngototnya, tindakan Prabowo yang menentang hasil pemilu pun disupport penuh. Termasuk pengerahan massa untuk melakukan demo di depan KPU pada tanggal 22 Mei mendatang.

Bahkan ketika Prabowo dkk terbang ke Brunei Darussalam, Titiek memilih berada di Jakarta. Ia bertekad mengawal demo tersebut. Dengan berapi-api Titiek menyatakan bahwa rakyat harus turun ke jalan melawan kecurangan.

Ironinya, Titiek membandingkan penyelenggaraan pemilu dengan masa dimana bapaknya menjadi penguasa. Dikatakannya bahwa pemilu kali ini jauh lebih curang daripada masa Orde Baru.

Padahal ketika masa Orde Baru, hanya ada tiga partai yang mengikuti pemilu. Dan yang memungkinkan untuk berbuat curang adalah Golkar dimana Soeharto menjadi pembina dan pengendalinya.

Saya masih ingat bagaimana kotak kotak suara bisa berisi suara hanya untuk Golkar, terutama di wilayah wilayah terpencil. Kotak kotak suara bisa diganti dengan seenaknya karena petugas pemilu biasanya adalah aparat yang notabene adalah wajib Golkar. 

Mengapa dikatakan Titiek Soeharto bahwa pemilu sekarang lebih curang daripada masa bapaknya. Bedanya adalah, dahulu belum ada penggunaan teknologi komputer dan internet.

Zaman Orba kecurangan yang dilakukan Golkar sudah teramat dahsyat, apalagi jika saat itu sudah ada teknologi komputer dan internet. Pasti kecurangan bisa luar biasa dahsyatnya.

Itu adalah contoh perbandingan yang tidak pada tempatnya. Dua zaman yang berbeda, dengan situasi dan kondisi yang kurang sangat berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun