Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serba-serbi Berpuasa di Istanbul

15 Mei 2019   03:06 Diperbarui: 15 Mei 2019   03:09 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya dan teman-teman (dokpri)

Istanbul adalah kota dan provinsi yang paling saya cintai di Turki. Saya mempunyai keluarga di sini, meskipun ada juga yang di Antalya, Zonguldak dan Dogubeyazit. Istanbul memiliki fasilitas lengkap dan penduduknya plural, bukan hanya dari berbagai suku tetapi juga dari berbagai negara.

Saya senang menjalankan ibadah bulan Ramadan di Istanbul. Bukan karena kota ini religius. Sama sekali tidak. Jangan salah sangka, di sini banyak pengikut partai sekuler yang tidak mau menjalankan ibadah. Mereka lebih cenderung atheis. Tetapi ada keistimewaan tersendiri bagi saya berpuasa di sini.

Banyak orang Indonesia yang tidak paham kehidupan di Istanbul. Rerata mengira bahwa seluruh Turki dipenuhi penduduk yang agamis, mayoritas muslim yang taat. Padahal anggapan itu salah. Terutama di Istanbul, kehidupan di sini sangat bebas mirip dengan kehidupan di Eropa Barat.

Banyak orang yang tidak berpuasa. Penduduk Istanbul, meski mengaku beragama Islam, tetapi belum tentu menjalankan ibadah puasa. Sejujurnya, di antara keluarga, ada juga yang malas berpuasa. Dia tetap merokok dan makan di waktu siang. Tapi dia tidak akan melakukannya di depan saya.

Begitu pula di jalan-jalan. Hampir semua kafe atau kedai makanan tetap buka. Jadi banyak orang yang tetap berkumpul sambil makan dan minum seenaknya. Mereka tidak peduli jika ini bulan Ramadan. Bagi yang puasa, silakan tetap puasa. Bagi yang tidak, tetap lanjut makan.

Kehidupan yang begitu bebas seringkali menggoda iman yang kurang kuat. Beberapa orang yang pernah saya temui, berasal dari Kazakhtan dan Azerbaijan. Semula mereka sangat taat menjalankan ibadah. Setelah lama tinggal di Istanbul, tidak pernah berpuasa lagi.

Pertunjukan tari perut juga masih bisa dinikmati di kafe kafe, meski dekat dengan masjid. Pertunjukan ini sering dicari para wisatawan laki laki dari manca negara. Minuman keras dijual bebas, sama sekali tidak ada larangan untuk minuman beralkohol.

Masjid, tidak semuanya terbuka untuk perempuan. Masjid di dekat rumah keluarga, hanya digunakan oleh jamaah laki laki. Saya tidak bisa ikut shalat tarawih di sana. Kalau mau tarawih harus ke masjid besar seperti Sultan Ahmet, Masjid Suleyman dan masjid yang baru diresmikan Erdogan.

Namun bagi lakilaki yang rajin tarawih, mereka menggunakan pakaian yang sangat rapi seperti jas. Sebab mereka menganggap menghadap Allah dalam shalat harus mengenakan pakaian terbaik. Inilah sisi plus dari mereka. Tidak seperti orang Indonesia, berpakaian lusuh ketika sholat.

Banyak bazar Ramadan digelar yang menjual barang barang khas Turki dari souvenir hingga makanan. Alih alih pada sholat tarawih, justru mereka lebih suka datang ke sini. Kalau saya, sebelum ke masjid atau pulang tarawih baru datang ke sini.

Biasanya dalam bazaar juga ada pertunjukan musik.Nah, penyanyi yang tampil tidak mesti menggunakan pakaian yang islami lho. Bahkan ada artis perempuan yang berpakaian seksi, dengan bahu terbuka. Bagi mereka Ramadan tidak harus berpakaian tertutup rapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun