Salah satu hal yang pasti di bulan Ramadhan, Â anak anak libur sekolah. Â Terutama yang masih duduk di Sekolah Dasar karena mereka masih kecil. Setidaknya mereka hanya masuk beberapa hari, lalu dilibatkan agar bisa berpuasa dengan baik.
 Pada saat libur itulah saya 'ketempuhan'.  Kakak kakak saya dengan senang hati menitipkan anak anaknya ke rumah dimana saya tinggal bersama orang tua.  Saya yang masih single dianggap mempunyai waktu luang untuk mendidik mereka selama bulan puasa.
 Lalu berubah lah rumah menjadi tempat penitipan anak,  atau lebih tepatnya pesantren Kilat.  Mereka tahu saya mendalami agama,  dan peduli pada anak anak.  Segala sesuatunya diserahkan kepada saya.Â
Memang ssaya sangat dekat dengan keponakan keponakan yang jumlahnya 14 orang. Â Mereka justru lebih patuh kepada saya ketimbang pada orangtuanya. Â Bahkan kalau curhat, Â juga kepada saya. Cara ssaya mendidik mereka adalah dengan memberi apresiasi jika mereka berprestasi atau melakukan kebaikan. Â Sebaliknya saya memberi sanksi jika mereka melakukan kenakalan.Â
Saya mendorong mereka untuk terus shalat berjamaah di masjid. Â Kebetulan bapak saya adalah ketua masjid setempat dan juga imam. Â Bapak akan mengajak mereka beramai ramai ke masjid.Â
Setelah shalat, Â saya membimbing mereka untuk bertadarus Alquran. Â Di ruang tengah atau ruang keluarga, Â kami duduk melingkar sambil mengaji bergantian. Â Dan kalau siang hari, Â saya suruh mereka untuk tidur agar tidak merasa lapar dan haus.
 Bukan mereka tidak pernah ingin main.  Sebagaimana anak anak lainnya,  mereka juga bermain.  Tetapi saya tidak membiarkan kebablasan.  Saya panggil mereka untuk tidur.Â
Kalau mereka membangkang, Â saya akan tangkap yang tertua. Â Karena secara psikologis, Â anak anak akan mengikuti yang paling senior. Â Begitu si sulung tertangkap, Â mereka akan mengekor di belakang.Â
Supaya mereka mau tidur siang,  saya suruh mereka berjejer tidur  di atas tikar yang digelar di ruang tengah.  Saya lalu bercerita,  mengisahkan teladan  Rasulullah dan para sahabat.  Di sela sela itu mereka suka bertanya tentang apa yang ingin diketahui,  sebelum jatuh tertidur nyenyak.Â
Namun supaya mereka tidak bosan, Â sesekali saya mengajak mereka jalan jalan. Saya paling senang mengajak mereka ke. Museum yang ada di Jakarta. Â Ada pengetahuan yang bisa diberikan. Ngabuburit ini membuat mereka tidak mengeluhkan puasa.Â
Untuk memacu mereka agar dapat menyelesaikan tadarus Alquran,  saya menjanjikan  akan membawa mereka makan Pizza. Mereka jadi selalu semangat membaca Alquran.  Walaupun saya pergi,  mereka tetap melanjutkan bacaan.Â