Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Akankah OIC Summit Dan Resolusi PBB Berdampak Positif untuk Palestina?

21 Mei 2018   05:25 Diperbarui: 21 Mei 2018   08:18 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: voa-islam

Beberapa hari yang lalu,  dua event internasional telah berlangsung.  Pertama adalah sidang istimewa PBB dan OIC Summit.  Kedua event itu membicarakan nasib bangsa Palestina. 

Hasil sidang PBB,  mengeluarkan resolusi yang merekomondasikan penyelidikan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel terhadap bangsa Palestina.  Namun  dalam sidang itu,  Amerika Serikat dan Australia menentang keputusan tersebut.  Utusan Amerika Serikat,  Nikita Haley bahkan walk out dari sidang. 

Sedangkan  14 negara abstain,  termasuk Inggris dan Jerman.  Resolusi itu disetujui oleh 29 negara.  Menteri Luar Negeri Turki,  Mevlut Cavusoglu menghimbau negara negara lain agar tidak mengikuti jejak Amerika Serikat memindahkan Kedutaan ke Yerusalem Timur. 

Sementara itu,  Presiden Turki,  Erdogan memanggil semua anggota OKI dalam pertemuan istimewa untuk membahas bagaimana mencari cara untuk menolong Palestina.  Sidang OKI atau OIC Summit ini diselenggarakan di Istanbul,  pada hari Jumat. 

OIC Summit menjadi pilihan Erdogan sebagai pemimpin dari negara negara muslim.  Ia menilai bahwa Palestina dalam keadaan darurat setelah Israel membunuh 62 orang di jalur Gaza.  Kemudian Amerika Serikat justru membuka Kedutaan baru pada hari peringatan 70 tahun Israel. 

Erdogan telah menegur Perdana Menteri Israel   Benjamin Netanyahu,  yang hanya ditanggapi secara dingin.  Akibatnya Erdogan mengusir Dubes Israel.  Dan kedua pemimpin tersebut terlibat perang di medsos. 

OIC Summit diharapkan mampu menggalang negara negara muslim agar bersatu menentang Amerika Serikat dan sekutu yang terus menindas bangsa Palestina. Dengan 57 negara anggota,  seharusnya hal itu bisa terlaksana.  OIC sebenarnya bisa menjadi kekuatan untuk melawan hegemoni Amerika Serikat dan sekutu. 

Di depan sidang OKI,  Erdogan mengungkapkan kemarahannya.  Ia mengatakan bahwa Israel adalah negara bandit,  brutal dan teroris.  Seluruh negara muslim seharusnya berusaha melawan. 

Namun tidak ada keputusan yang strategis dari OIC Summit.  Hal itu disebabkan karena tidak terwujud satu suara dalam organisasi tersebut.  Beberapa negara muslim malah memberikan dukungan terhadap Amerika Serikat dan Israel. 

Seperti halnya Maroko dan Tunisia yang akan turut memindahkan Kedutaan dalam waktu dekat.  Begitu pula Arab Saudi dan UAE.  Lebih parah lagi Mesir yang melarang pesawat Turki lewat untuk menyelamatkan korban Palestina. 

Tidak bersatunya umat muslim di seluruh dunia adalah kelemahan mendasar yang akan selalu dimanfaatkan oleh  Amerika Serikat dan Israel.  Mereka dengan leluasa menginvasi negara negara lain.  Dan sebagian besar korban adalah  negara negara muslim itu juga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun