Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Orang Tua Memberi Contoh Mengelola Media Sosial

17 Agustus 2017   23:57 Diperbarui: 18 Agustus 2017   00:04 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Melarang anak-anak memiliki media sosial? hampir bisa dipastikan tidak akan berhasil. Hidup di masa kini  di mana penggunaan smartphonemerajalela, tak mungkin melarang anak-anak membuat akun media sosial. Mereka akan menganggap orang tua kolot dan ketinggalan zaman. Mereka menutup telinga untuk sejuta alasan yang dikemukakan, bahkan bisa jadi mereka mulai menjauh dari orang tua.

Rasa kuatir orang tua terhadap penggunaan media sosial yang berlebihan oleh anak-anak bisa dimengerti. Terutama dampak negatif yang membuat anak-anak rentan terhadap ancaman dari oknum yang memanfaatkan kepolosan anak-anak. Saya masih ingat, salah seorang keponakan perempuan tertipu oleh cowok yang dikenalnya di facebook. Cowok itu berhasil mencuri motornya dan dijual diam-diam.

Kasus lain adalah betapa banyak gadis-gadis ABG yang dirayu melalui media sosial, terutama facebook. Gadis-gadis ABG memang sedang senang dipuji oleh lawan jenis, mereka menjadi mudah takluk. Setelah berhasil dirayu, kemudian dipacari, dan akhirnya ditiduri. Kalau si gadis terjebak lalu hamil, maka si cowok menghilang tanpa bekas.

Bahkan gadis-gadis ABG pun mudah terjebak ke dalam dunia pornografi. Ketika cowok pujaannya meminta dia membuka pakaian di depan kamera gadget, mereka mau saja. Janji para cowok nakal itu adalah bahwa hanya dia yang melihat. Saat membuka aurat, si cowok merekam melalui kamera hape. Dengan bekal itu, dia memeras si gadis.

Pedofilia juga beraksi di media-media sosial, dengan modus operandi yang nyaris sama. Ada saja yang menjadi korban. Jaringan mafia prostitusi anak dan dewasa beraksi melalui media sosial. Dan ini jarang terendus oleh aparat yang berwajib, karena mereka begitu pandai, sedangkan aparat kurang tanggap. Karena itu kejahatan melalui dunia maya semakin meningkat.

Lantas, apa yang harus orang tua lakukan? Orang tua dihadapkan pada satu dilema, membiarkan mereka memiliki media sosial, dan juga harus menyelamatkan anak-anak dari bahayanya. 

Memberi contoh yang baik

Orang tua memang harus mengikuti perkembangan zaman. Kita tidak bisa menghambat kemajuan teknologi seperti aplikasi yang ada di gadget. Nah, untuk mengerti apa yang dilakukan anak-anak dengan gadgetnya, maka orang tua harus mengerti lebih dahulu teknologi yang ada dalam gadget. Tidak ada kata terlambat untuk belajar.

Setidaknya, orang tua harus mengerti bagaimana memiliki akun media sosial. Setelah mengerti, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua dengan akun-akun tersebut. Antara lain:

1. Berteman dengan anak di akun media sosial. Jalin pertemanan dengan anak, baik di facebook, instagram dan twitter. Kalian menjadi saling tahu aktivitas masing-masing.

2. Membuat status yang baik. Jangan menulis tentang kegalauan, curhat pribadi, atau menggosipkan orang. Buatlah status yang bisa memotivasi dan menginspirasi orang lain.  Anak menjadi tahu bahwa orang tuanya tidak sembarangan membuat status dan ia tidak malu berteman dengan orang tuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun