Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Apakah Depok Bisa Menjadi Kota Cerdas?

20 Mei 2015   12:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:47 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_418980" align="aligncenter" width="300" caption="kantor Walikota Depok (dokumen pribadi)"][/caption]

Depok adalah kota di selatan Jakarta yang tumbuh dengan pesat. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di kota ini, saya masih kecil. Selain peninggalan Belanda yang terdapat di Depok Lama, wilayah lain adalah tempat-tempat yang baru dibuka. Misalnya adalah Depok Jaya, dimana kami  tinggal di Perumnas sejak tahun 1977.  Sedangkan tempat lain masih berupa hutan-hutan kecil dan sawah-sawah yang menghijau.

Saat itu, kendaraan yang menuju Depok hanya oplet seperti yang dibawa Mandra dalam sinteron si Doel. Itupun hanya beberapa buah saja. Jalan raya sepanjang jalur Pasar Minggu-Lenteng Agung-Depok masih penuh dengan pepohonan yang rindang. Orang bilang, Depok adalah tempat jin buang anak. Kota kecil yang masih sepi, hanya ada penduduk asli dan penduduk keturunan Belanda. Kami sebagai pendatang yang hendak menempati trumah di Perumnas.

Namun lihatlah sekarang, wajah Depok berubah drastis, jauh dari apa yang terlihat pertama kali. Sangat berbeda 180 %.  Orang tidak akan mengenali Depok sebagai kota pinggiran lagi, tetapi sebuah kota yang menjadi tujuan utama mencari tempat tinggal. Berbagai pembangunan dilakukan seakan tanpa henti, yang pada akhirnya memberi kesan sudah kebablasan, terlalu berlebihan.

Memang dalam dua periode kepemimpinan Walikota terakhir, Nur Mahmudi, Depok memperoleh penghargaan karena berhasil meningkatkan pendapatan daerah. Tapi itu bukan sesuatu yang istimewa, wajar saja pendapatan pemkot meningkat karena rajin menjual tanah untuk para pengembang.  Depok menjadi sasaran pengembang properti yang tidak lagi mengindahkan penduduknya itu sendiri.

Kemacetan

Kemacetan terjadi pemandangan sehari-hari yang membosankan. Dari pertigaan Parung Bingung hingga RS Bhakti Yudha seringkali  terjadi kemacetan yang parah. Pada hari Sabtu dan Minggu, kemacetan bisa memakan waktu lebih dari satu jam. Demikian pula di jalan Tole Iskandar, dari jembatan Ciliwung hingga pertigaan Depok Dua membutuhkan waktu hampir satu jam pada saat jam berangkat atau pulang kantor. Apalagi jalan Margonda dan Juanda, masih tetap macet hingga pukul sebelas malam. Kemacetan ini seringkali menimbulkan stress dan putus asa. Terutama jika kita sedang terburu-buru, dikejar oleh waktu.

Pertumbuhan jumlah kendaraan berbanding terbalik dengan jumlah jalan. Nyaris tak ada jalan baru yang dibangun oleh Pemkot Depok. Sedangkan warga yang memiliki kendaraan bertambah banyak. Bahkan jumlah angkot yang beroperasi di Depok selalu bertambah.  Angkot-angkot ini juga tidak berdisiplin dalam menempuh trayek dan juga menaikkan/menurunkan penunmpang seenaknya, menambah ruwet jalan raya yang semakin macet.Di sisi lain, masih banyak jalan yang rusak parah, penuh dengan lubang dan belum disentuh sama sekali oleh Pemkot.

Sejak awal pemerintahan Nur Mahmudi, sudah ada rencana untuk membuat jalan layang di beberapa tempat untuk mengurangi kemacetan, sampai sekarang juga tidak ada jelas. Bahkan rencana membuat jalan layang dari Jalan TB Simatupang hingga Depok tak ada lagi kabarnya.

Sementara itu,  renovasi terminal masih terkatung-katung. Terminal utama yang ada di sisi stasiun Depok I sudah terlanjut digusur, tetapi sampai sekarang belum ada realisasinya. Sudah bertahun-tahun ada rencana untuk memindahkan terminal, sayang belum ada upaya pemkot untuk mewujudkannya. Alhasil terminal menjadi tempat kumuh dan penyumbang pemandangan yang ruwet dan sumpek.

[caption id="attachment_418981" align="aligncenter" width="300" caption="Jl. Margonda Raya, hanya sepi waktu siang (dok.pribadi)"]

14321575311336994201
14321575311336994201
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun