Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masih tentang Geger Taat Pribadi, Revolusi Paradigma, dan Disorientasi

10 Oktober 2016   14:05 Diperbarui: 10 Oktober 2016   14:28 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sbr. gbr. : https://www.selasar.com/budaya/ilusi-taat-pribadi-dan-delusi-marwah-daud-ibrahim

Oleh : eN-Te

TV One (Sabtu, 08/10/2016) malam menyiarkan ulang acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang membahas tentang Geger Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Ketika acara tersebut disiarkan live pada Selasa (4/10/2016) malam, saya sedang dalam perjalanan darat dengan bus dari suatu daerah kabupaten di Sulawesi selatan menuju Makassar, sehingga membuat saya tidak sempat menyaksikan acara ILC yang mengangkat tema “Geger Dimas Kanjeng Taat Pribadi” itu. Padahal saya sangat ingin menonton dan mendengar acara yang disiarkan live itu, mengingat tema yang diangkat pada acara itu, memang sedang menjadi trending topic.

Geger Taat Pribadi

Jujur saja, saya sangat ingin menonton acara ILC yang mengangkat  tema geger penggandaan uang itu. Tapi, apa lacur, makusd hati ingin melihat perdebatan para narasumber yang hadir ketika itu, malah raga ini ada di atas bus. Karena itu, perdebatan utuh di seputar geger penggandaan uang ala Taat Pribadi itu tidak dapat saya saksikan secara lengkap.

Meski sedikit terobati rasa kecewa saya ketika menonton siaran ulangan acara ILC mengenai geger Taat Pribadi itu, tapi hal itu tidak cukup memberikan informasi lengkap. Mengingat siaran ulang tersebut merupakan hasil rekaman (recorded), dan pasti sudah melalui proses editing, maka banyak point yang mungkin bagi pemirsa itu penting, tapi oleh penyuntingnya dianggap tidak terlalu substansial, sehingga malah dipotong.

Sikap Apologie

Seusai menyaksikan siaran ulang acara ILC tentang Geger Taat Pribadi itu, saya mempunyai kesan, bahwa  sikap dan pendapat Marwah Daud Ibrahim, Ph.D.,  belum beranjak, masih tetap percaya dengan kesaktian patronnya. Pada intinya, Marwah Daud tetap bersikukuh dengan sikap dan pendapatnya mengenai kesaktian Taat Pribadi.

Menurut Marwah Daud, untuk memahami kesaktian Taat Pribadi harus dilihat dari berbagai dimensi. Kita tidak dapat menyelami lebih jauh, dan karena itu sudah pasti tidak dapat pula memahami fenomena Taat Pribadi hanya dengan pendekatan satu atau dua dimensi semata.

Pada kondisi sekarang, menurut Marwah Daud, bahwa kita baru sampai pada empat dimensi. Padahal masih banyak lagi dimensi lainnya (11 dimensi) yang belum sempat terkuak dan dikaji secara mendalam. Bila semua dimensi itu sudah dapat diselami maka fenomena Taat Pribadi ini, menurut Marwah Daud dapat diterima.

Banyak hal yang dikemukakan Marwah Daud untuk mempertahankan pendapatnya. Tapi, bagi saya alasan Marwah Daud, jika dilihat sepintas, terkesan bersifat apologi. Bagi Marwah Daud, apapun penilaian orang, ia tetap pada  pendapat dan keyakinannya, bahwa  Taat Pribadi memiliki “karomah”. 

Scientivic Revolution dan Perubahan Paradigma

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun