Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengakselerasi Kesempatan Memperoleh Pendidikan di Era Industri 4.0 (Sebuah Ikhtiar Menuju Peradaban Lamakera[1])

29 Juni 2020   14:46 Diperbarui: 24 Maret 2023   08:16 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr. H. M. Ali Taher Parasong, S.H., M.Hum. (Sang Inisiator Peradaban Lamakera dan sekaligus Putra Kandung Lamakera, suaraislam.id)

Sejauh ini sistem pendidikan nasional masih terlalu dominan menitikberatkan aspek kognitif, kecerdasan intelektual dan kompetensi, sehingga kurang memperhatikan kecerdasan emosional serta spiritual.[31] Hendaknya luaran pendidikan kita harus memiliki kualitas pada kecerdasan intelektual (intelligence quotient, IQ), kecerdasan emosional (emotional quotient, EQ), dan kecerdasan spiritual (spiritual quotient, SQ).[32] Dan faktanya bahwa sejauh ini pendidikan kita masih memiliki banyak kesenjangan,[33] dan (masih) banyak bias.[34] 

Penutup 

Perkembangan pendidikan nasional mengalami dinamika seiring dengan perjalanan sejarah bangsa, termasuk berbagai faktor eksternal, misalnya dengan hadirnya era indsutri 4.0 yang tidak bisa tidak dielakkan. 

Begitu pula bila berbicara tentang pendidikan yang akan membentuk  sebuah peradaban baru, maka tak bisa lepas dari konteks pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan nasional akan dapat mengakselerasi program pendidikan yang berkualitas, yang pada muaranya akan melahirkan sebuah peradaban baru. 

Keberhasilan pembangunan nasional dapat dinilai dari indeks pembangunan manusia (IPM). Dari tiga dimensi dasar yang menjadi indikator IPM, ketiganya merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Artinya satu dimensi menjadi pendukung dan syarat untuk mendapatkan hasil yang baik pada dimensi lain. Misalnya, untuk mendapatkan dimensi harapan hidup maka perlu pengetahuan yang baik, yang didukung  pula oleh kelayakan hidup dilihat dari pendapatan perkapita.  

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Begitu pula program pendidikan akan baik bila ditunjang oleh pembangunan nasional yang baik pula. Artinya, hasil pembangunan nasional sangat menentukan kualitas pendidikan.  

Karena itu, ikhtiar dan ide  Kanda Dr. H. M. Ali Taher Parasong, S.H., M.Hum. yang ingin  membuat atau menghadirkan pusat sains (science centre) di Lamakera harus mendapat apresiasi dan dukungan maksimal dari kita sebagai anak Lewotanah. Jauh sebelumnya beliau juga telah dengan secara intens dan proaktif memberikan kontribusi yang luar biasa dalam pengembangan infrastruktur pendidikan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan menengah di Lamakera. 

Tidak hanya berhenti di situ tapi juga secara proaktif menjadi mediator untuk melakukan konversi status madrasah ibtidaiyah dan tsanawiyah yang sebelumnya dibawah naungan Yayasan Tarbiyah Islamiyyah menjadi sekolah negeri.[35] Dan sekarang sedang dirampungkan sebuah infrastruktur pendidikan menengah umum, yang insyaallah tidak lama lagi akan diresmikan. 

Gagasan atau rencana menghadirkan science centre di Lamakera bukan merupakan sesuatu hal yang sulit, tetapi juga tidak gampang. Karena seperti tergambar pada uraian sebelumnya bahwa IPM NTT dan Kabupaten Flores Timur relatif masih jauh dibandingkan dengan IPM Nasional. Itu berarti perlu ada upaya khusus untuk memberikan pemahaman tentang manfaat dari kehadiran science centre  tersebut agar tidak mendapat resistensi.[36] Apalagi mengingat berbagai tuntutan kemampuan yang dipersyaratkan dalam era industri 4.0.  

Dengan demikian harus dipikirkan sejak awal seperti apa konsep dan atau blue-print science centre nanti, tentu saja dengan tidak mengabaikan kearifan lokal (local wisdom). Dari sini kemudian dipikirkan operasionalisasi science centre tersebut sesuai model atau sistem pendidikan berbasis indsutri 4.0. 

Rekomendasi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun